Mohon tunggu...
Helmi Agustian
Helmi Agustian Mohon Tunggu... Dokter - Mahasiswa Pascasarjana S2 Administrasi Rumah Sakit FKM UI

Mahasiswa Pascasarjana S2 Administrasi Rumah Sakit FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Siapkah Rumah Sakit menghadapi ancaman gelombang kedua Covid-19?

23 Juni 2020   16:31 Diperbarui: 23 Juni 2020   22:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Peperangan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus corona masih jauh dari kata selesai, panambahan jumlah kasus covid-19 perhari di Indonesia mencapai 800 – 1000 kasus menunjukkan bahwa penularan di lapangan masih terus terjadi. Data terakhir (22/6/2020) menunjukkan kasus Positif sebanyak 46.845 pasien dengan jumlah Meninggal 2.500 kasus dan Sembuh sebanyak 18.735 orang.

Penambahan kasus positif di Indonesia mulai melaju cepat sejak 6 April yakni sekitar 200-300 orang per hari, lalu bergerak naik 300-400an kasus baru per hari. Dan kini, pada bulan Juni, bergerak fluktuatif antara 400-an kasus hingga lebih dari 1.000 kasus baru per hari. Percepatan penyebaran Covid-19 di Indonesia terjadi karena saat ini pemerintah mulai melonggarkan lockdown dan memulai new normal dalam upaya memperbaiki perekonomian yang anjlok.

Di Beberapa negara yang sebelumnya dinilai sukses menekan penyebaran virus Corona COVID-19, kini melaporkan lonjakan kasus seperti korea selatan, jerman, jepang, dan china. Dengan melihat Riwayat pasien yang perburukan yang mungkin akan Kembali meningkat maka wajib hukumnya bagi rumah sakit untuk melakukan mitigasi risiko untuk menghadapi gelombang kedua serangan virus corona di Indonesia

Meredesign seluruh alur penanganan pasien

Pelayanan kesehatan dirumah sakit akan sangat berbeda dengan keadaan sebelum COVID 19. Rumah sakit perlu menyiapkan prosedur keamanan yang lebih ketat. Prosedur penerimaan pasien juga akan mengalami perubahan termasuk penggunaan masker secara universal, prosedur screening lebih ketat (rapid test/PCR), pengaturan jadwal kunjungan, dan pembatasan pengunjung/pendamping pasien tetap dilakukan

Melengkapi kekurangan sarana dan prasarana

Rumah sakit perlu melengkapi kelengkapan sarana dan prasaran untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19 pada ruangan poli, rawat inap, IGD, dan OK agar pasien, keluarga, dan staf rumah sakit aman

Ketersediaan APD

Persediaan APD di Rumah sakit dan pusat layanan kesehatan lainnya sangat terbatas karena kelangkaan barang di pasaran dan terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Kelangkaan ini semakin diperparah dengan aturan APD yang tidak boleh di reuse alias penggunaan APD hanya untuk sekali pakai oleh setiap orang tenaga medis di instansi pelayanan kesehatan. Kelangkaan APD, memaksa tenaga medis yang berada di Rumah Sakit terpaksa berinovasi dan berkreasi dalam memenuhi kebutuhan APD dengan menggunakan jas hujan sebagai baju pelindung dan menggunakan masker kain pada saat melayani pasien.

Kepatuhan menjalankan Sosial Distancing

Dengan bertambahnya jumlah kasus positif covid beberapa rumah sakit membentuk tim Satgas Covid-19. Tim Satgas membuat beberapa regulasi seperti panduan tata laksana penanganan covid-19, panduan penggunaan APD dan alur koordinasi penanganan covid-19. Namun dalam pelaksanaannya banyak karyawan dan pasien yang tidak menerapkan social distancing untuk pelayanan kepada pasien seperti ruangan tunggu pendaftaran, poli, pemeriksaan penunjang dan obat. Hal ini perlu menjadi perhatian manajemen rumah sakit untuk terus melakukan Promosi kesehatan dan edukasi kepada pasien dan pengunjung yang lebih massif untuk memastikan protokol keselamatan dapat dipahami dan ditaati oleh semua pihak;

Kendala pelayanan pasien kronis

Pasien RS mayoritas merupakan pasien lama dengan penyakit kronis seperti pasien yang datang ke dokter spesialis saraf, penyakit dalam, penyakit jantung, dan rehabilitasi medis. Dengan adanya pandemi corona rumah sakit kurang responsif untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang seharusnya datang setiap tanggal control, sehingga beberapa pasien tidak datang dan menyebabkan kasus drop out meningkat. Untuk itu diperlukan impelementasi Layanan telemedicine karena dapat menghemat waktu dan biaya, serta membantu pasien memutuskan apakah cukup hanya di rumah saja, atau perlu mengunjungi dokter, atau harus masuk ruang gawat darurat saat sakit. Dengan menggunakan layanan telemedicine, pasien dapat berkonsultasi secara online dengan spesialis terkualifikasi untuk membicarakan pilihan layanan kesehatan, di mana pasien akan mendapatkan informasi kesehatan penting dengan efisien dan cepat. Di tengah pandemi serta penerapan self-isolation dan physical distancing, layanan kesehatan digital dapat dimanfaatkan untuk pasien yang berobat ke RS terutama pasien dengan penyakit kronis.

Kebutuhan akan pemeriksaan penunjang diagnostic

Beberapa protokol pemeriksaan seperti rapid test tidak bisa dilakukan untuk pasien karena sulitnya mencari penyedia rapid test di vendor. Begitu juga CT-scan yang tidak dapat digunakan karena pertimbangan biaya yang besar yang membebani rumah sakit. Hal ini harus menjadi perhatian manajemen dan pemerintah untuk selelu menyediakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun