Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kultur Baca

7 Februari 2020   22:00 Diperbarui: 5 Juni 2020   14:47 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku tidak harus pandai dalam segala hal. Saat ini, terlalu mudah untuk mendapatkan segala sesuatu yang diinginkan. Tidak semua yang muda peka dengan kemudahan ini, lebih sering justru abai pada hal-hal yang sulit untuk di dapatkan zaman dahulu. 

Aku tidak ingin menjadi bagian dari kumpulan yang membudak karena miskin akan pengalaman. Pengalaman itu tidak dirasa dengan sekadar meraba-raba ucapan yang lain, terlalu sering menginginkan yang mutlak terujar dari mulut-mulut yang lain. Aku belum terlambat untuk segera memulai.

Masa yang sulit untuk dilalui ketika bersentuhan dengan jabaran fon yang berbuah makna. Melepas masa bodo terhadap hal-hal yang kurang asyik dipandang. Terlalu banyak orang yang pergi tanpa sejarah. 

Terlalu banyak orang yang pergi tanpa membekas kepada sesamanya. Hanya yang berusaha untuk mengenali diri dan tahu diri yang berwujud hidup bahkan dalam ketiadaan. Banyak orang yang melepas masa anak-anaknya beralih ke remaja dan berujung lansia tanpa menikmati kebebasan dalam hidup. 

Aku belum terlambat untuk melepas remaja tanpa menghabiskan kenyataan yang pernah merampasi hak-hak yang dahulu berjuang untukku. Mereka juga yang berlelah melalui malam-malam agar aku terjaga dalam keheningan malam sekarang. Aku terlalu menyiksa diri dengan tembok-tembok luka yang membuatku urung maju. 

Dalam keheningan-keheningan malam, seperti hanya bayangku yang tegap membias di tembok. Aku masih terduduk di depan deretan tulisan. Sulit untuk memejamkan mata dengan melalui nilai-nilai yang tak sempat diujarkan tua-tua langsung padaku. 

Aku bergumam dalam diri tentang ketidaktahuan, keterkejutan, dan kenyataan yang pernah menjadi kisah para pemikir. Tanpa deretan tulisan ini, aku akan tetap mengklaim diriku merdeka. Sadarku karena salah, aku masih belum seutuhnya bebas. Aku belum mencapai kenikmatan yang bebas dari jarahan, tidak merdeka dengan segala yang ada. 

Aku bebas bermimpi, tapi dihambat oleh kebuntuan jalan. Pencarian tak akan mengantarkanku pada lebarnya jalan yang lain sebelum kehabiskan malam bersama tarian-tarian informasi. Aku harus membiasakan diriku dengan hal-hal yang asing kutemui, dengan ini aku akan mendapatkan sesuatu yang baru. Tidak perlu menyalahkan rentang waktu yang sudah membentang dan hampir menuju ajal, karena tidak ada kepastian akan ketiadaan. 

Dalam menit-menit berikutnya, aku memiliki kuat untuk merubah poros mimpi yang mengendap dalam ketakutan dan ketidaktahuan. Aku menjadi sangat kuat dan bertutur sangat percaya diri dengan semua argumen yang kusampaikan. Aku belum juga sadar tentang kenikmatan....

Kenikmatan itu bukan mengetahui segala sesuatu dengan mendengarkannya dari yang lain, tutur itu bisa berupa tafsir. Sebuah kepastian akan kutemukan bila aku sendiri yang merasakannya. Tidak utuh akan keberi pada mereka yang hanya berdiam dan memangku dagu. Aku juga tak mampu untuk memaksimalkan diri menguasai seluruhnya. Namun, aku mau belajar untuk mengerti yang sebagian dahulu.

Bagi yang muda, engkau harus mencari kebebasan. Tanpa ada paksaan, nikmati semua yang telah disediakan. Kita tidak terluka karena harus berparang atau membuat runcing pada bambu. Kita tidak berdarah karena peluru tertanam dalam tubuh kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun