Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hal-hal yang Dirindukan dari Berbelanja ke Pasar

18 April 2021   17:23 Diperbarui: 18 April 2021   17:58 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BeritaSatu.com

Saat mengerjakan pekerjaan rumah atau masa ujian, tidak jarang orang tua terpaksa turun tangan. Mana pelajaran anak-anak sekarang tidak seperti zaman dulu. Banyak yang mengeluh tidak mampu mengikuti pelajaran anak-anak sekarang.  Anak-anak yang sekolah, orang tua juga ikutan repot.

Saat puasa, ibu-ibu dipusingkan dengan kehabisan ide mau masak apalagi untuk berbuka dan sahur.  Bosan masak kolak, pudding atau agar-agar, gorengan, sambal teri kacang dan sayur bening. Inginnya bisa memasak macam-macam, tapi tanpa repot dan gak perlu lama. Ada gak ya? He he he. Nah, di sini ibu-ibu lain ikut membantu membagikan resep. Bumbunya apa saja dan cara masaknya bagaimana.

Padahal, kalau dipikir-pikir, hampir semua yang berbelanja bukanlah bertetangga. Saudara juga bukan. Namun, suasananya akrab. Dan si penjual juga sering bercanda. Hal lain yang membuat saya takjub adalah kejujuran si penjual. Kalau sayur mayurnya kurang segar, beliau dengan jujur bilang sayur-mayurnya kurang segar karena stok kemarin. 

Kalau mau yang segar, nanti sore ada stok baru. Kebetulan pasar di tempat saya buka pagi dan sore hari. Jadi kalau ada yang mau belanja sekarang silakan. Kalau mau tunggu stok baru, nanti suami si ibu penjual akan mengirimkan ke rumah masing-masing. Tinggal tulis apa saja yang mau dibeli dan alamat rumah. Saya baru tahu ada model belanja seperti ini.

Kalau misalnya harga seperti cabe tiba-tiba melonjak, si ibu penjual dengan jujur bilang harga cabe naik. Tapi beliau ada stok kemarin. Boleh pilih yang segar dengan harga mahal atau stok kemarin harga lebih murah. Setahu saya biasanya orang ingin mencari untung besar. Kalau ada stok lama, orang cenderung akan menjual dengan harga yang sekarang. Biar untung berlipat-lipat. Inilah cara kerja spekulan. Tapi si penjual langganan saya berbeda. Beliau lebih mengutamakan rasa kekeluargaan dengan para pelanggannya.

Pengalaman yang sama juga saya dapati saat berbelanja buah di tukang buah langganan. Bapak penjual buah akan memilih buah-buah yang bagus untuk saya. Mangga, duku, pepaya dan jeruk yang manis. Alpukat yang bagus dan rasanya gurih. Pisang barangan yang menul-menul. Melon dan semangka yang manis dan banyak airnya. Salak yang gak sepet. Kalau belanjaan saya berat, bapak tukang buah akan menyuruh anaknya menolong saya membawa belanjaan saya sampai ke depan pasar tempat parkir. Saya merasa benar-benar terbantu.

Selain itu juga, saya sering dikasih bonus seperti tomat, wortel, atau kentang oleh si ibu penjual sayur. Bapak tukang buah juga sering memberi tambahan buah seperti jeruk atau salak. Kadang-kadang saya menolak karena nanti untungnya jadi sedikit. Mereka hanya tertawa. Bagi mereka, rejeki sudah ada yang mengatur. Asal kita bekerja keras dan ikhlas, mudah-mudahan diridhoi Yang Maha Kuasa. Hal lain yang saya pelajari adalah tidak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk melakukan kebaikan. Pintu untuk melakukan kebaikan terbuka kapan saja dan di mana saja

Pengalaman berbelanja ke pasar dan interaksi-interaksi yang ada di dalamnya, merupakan hal penting buat saya untuk "tetap menginjak bumi". Terus terang, kalau di kantor, hal-hal begini jarang sekali dibicarakan dengan kolega. 

Waktu sudah habis terkuras dengan tenggat waktu dan dari satu meeting ke meeting yang lain. Kalaupun mengobrol saat waktu istirahat makan siang, yang dibicarakan juga seputar urusan pekerjaan. Dan yang paling berkesan buat saya adalah keikhlasan dalam menjalani hidup. Untuk orang yang secara alamiah achievement driven seperti saya, kepasrahan bukanlah sesuatu yang ada di kamus hidup saya. 

Kalau bisa diusahain, harus dikejar apa yang diinginkan atau ditargetkan. Interaksi di pasar membuat saya melihat hidup dari sudut pandang lain. Hidup tidak selalu berjalan seperti yang dikehendaki dan itu adalah kenyataan hidup. Belajar ikhlas seperti yang kata penjual sayur dan buah langganan saya. Yang penting kita berusaha sebisa mungkin dengan cara yang benar. Di luar itu, serahkan kepada Yang Maha Kuasa.

Pengalaman begini tidak saya dapatkan saat berbelanja dalam jaringan. Karena memang tidak ada interaksi antara penjual dan pembeli atau antara sesame pembeli. Saya rindu suasana pasar. Saya rindu interaksi pembeli dan penjual di pasar. Rindu canda tawa pembeli dan penjual. Sayangnya, miss corona sepertinya masih betah tinggal. Semoga corona cepat berlalu supaya saya bisa kembali belanja ke pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun