Sejarah Gelapnya Indonesia
Pada suatu sore yang muram, Andi duduk di perpustakaan tua milik kakeknya. Debu-debu beterbangan ketika ia membuka lembaran buku sejarah yang sudah menguning. Semakin lama ia membaca, semakin berat hatinya, karena setiap baris seakan mengungkap sisi gelap yang jarang diceritakan di bangku sekolah.
Di halaman tertentu, Andi menemukan kisah tentang rakyat kecil yang ditindas pada masa penjajahan. Mereka dipaksa bekerja tanpa upah, kehilangan tanah, bahkan keluarga. Hatinya bergetar, membayangkan betapa pedihnya hidup saat itu. Namun, ia juga menyadari bahwa penderitaan itu membangkitkan keberanian untuk melawan.
Namun, semakin dalam ia membaca, Andi juga menemukan catatan kelam setelah masa penjajahan. Intrik politik, pengkhianatan, dan perebutan kekuasaan mewarnai perjalanan bangsa. Tak sedikit rakyat kecil yang kembali menjadi korban. Andi termenung, merasa seakan-akan sejarah bukan hanya milik masa lalu, tetapi bayangannya masih terasa hingga kini.
Rasa penasaran membuat Andi bertanya pada kakeknya. Sang kakek hanya tersenyum pahit, lalu berkata, "Nak, sejarah kita bukan hanya tentang kemenangan, tapi juga tentang luka yang harus kita pelajari. Jangan biarkan kegelapan itu terulang. Tugas generasimu adalah menjaga agar sejarah kelam menjadi pengingat, bukan penjara." Kata-kata itu terpatri kuat dalam benak Andi.
Sejak hari itu, Andi bertekad untuk menuliskan ulang kisah-kisah yang ia temukan, bukan untuk membuka luka lama, melainkan agar orang-orang mengerti arti kebebasan dan persatuan. Ia ingin generasinya sadar, bahwa sejarah gelap Indonesia hanyalah bagian dari perjalanan panjang menuju cahaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI