Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tanah Sewaan

8 Januari 2018   19:55 Diperbarui: 11 Januari 2018   19:20 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin itulah penyebabnya, mengapa lokasi perkebunan itu kini berubah, pasti ada kaitannya dengan itu, Pak Osman mulai menerka hingga keyakinannya menjelma amarah,  pasti Bos Bian yang menyingkirkan seluruh tanamannya, dialah yang mematahkan harapan dan sumber kehidupan kami, Bos Bian harus tanggung jawab. 

Pak Osman seperti mendapat pelampiasan, ia mengerti kepada siapa segala amarah dan keluh kesah ini mesti ditumpahkan. Perlahan Pak Osman melepas kain kompres yang menempel di dahinya, seolah mendapat kekuatan baru, ia turun dari bale bambu, berdiri tegak dan melangkah keluar kamar dengan tubuh yang kuat dan sehat. 

Bu Osman menatap suaminya tak berkedip, ia mengerti suaminya sedang diliputi amarah, tampak dari tatapan matanya yang tajam dan lurus. 

"Bapak mau ke mana?" Kata-kata Bu Osman tertelan begitu saja, ia tahu suaminya tak bakal menghiraukan. 

Pak Osman memasuki dapur, mengambil pisau yang terselip di sela dinding bambu dan menyembunyikannya di balik kaos oblongnya yang lusuh. 

Di luar matahari tertutup mendung, angin bertiup sejuk namun tak cukup meredakan amarah dan gelisah yang kian bergejolak di dada Pak Osman, ia berjalan mendekati rumah Bos Bian yang pagar dan pintunya sengaja dibiarkan terbuka. 

Bos Bian sedang bersantai di ruang tamu, seorang diri ia menghisap rokoknya mengepulkan asap dari sudut bibirnya yang menghitam. Kedatangan Pak Osman disambutnya dengan senyum tipis. 

"Duduk Pak Osman" Ia mempersilahkan seraya menunjuk kursi kayu yang berhadapan dengannya. 

Pak Osman duduk, matanya tak pernah luput dari mata Bos Bian, keduanya saling bertatapan. 

"Ada apa?" di sela kepulan asap rokoknya, Bos Bian bertanya santai. 

"Tanamanku ke mana Bos? Lahan sewaanku kenapa dirusak?" Pak Osman berkata geram, amarah di dadanya tak tertahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun