Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

HUT 77 RI: Kolonial dan Bahasa Isyarat di Negeri Kincir Angin

16 Agustus 2022   15:18 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:01 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung beragam usia menikmati karya seni di Rijksmuseum, museum yang didedikasikan untuk seni dan sejarah di Amsterdam, (10/5/2017). (SHUTTERSTOCK/VILLOREJO via kompas.com)

Lebih monumental lagi, Istana Bogor, selain dijadikan kediaman resmi Presiden Indonesia, juga dengan Kebun Raya yang mengelilinginya, sampai saat ini banyak bisa dipelajari, ilmu tentang peradaban kehutanan dan pertanian dan lainnya.

Bisa belajar banyak disana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian atau riset dalam membangun bangsa Indonesia, agar bangkit dan merdeka seutuhnya.

Malah pengaruh positifnya sangat kuat, misalnya banyak bangunan rumah, restoran dan lainnya saat ini dibangun dengan mengikuti model atau struktur bangunan kolonial. Itu pertanda pengaruh positif yang luar biasa bila dihayati, karena mengikuti arah peradaban.

Memang benar, secara kasat mata kita Indonesia terjajah di masa kolonial. Tapi hikmahnya sangat banyak, mengajarkan kita untuk cerdas dan disiplin dalam menghadapi relung-relung hidup kehidupan yang dinamis.

Mengajari bangsa tentang, pertanian, teknologi, bisnis atau dagang, kerukunan umat beragama, mengajari bangsa ini menghargai sejarah, kolonial tahu kekurangan itu. Sehingga kita diajari dengan cara paksa, rodi.

Kolonial sesungguhnya mengajari pola hidup menghormati yang tua dan menyanyangi yang mudah, priyayi. Namun kita salah adopsi terhadap sikap atau mental priyayi itu, dengan selalu ingin dihormati saja. Tidak paham atas makna berpikir kritis. [kompasiana]

Bagaimana kolonial memandang Indonesia yang sangat kaya budaya, sumber daya alam dan lainnya yang harus dikembangkan, mereka datang ke Indonesia dan selama 350 tahun dan lalu kita merdeka, 77 tahun lalu.

Belanda Promosikan Indonesia

Benteng Somba Opu Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan (2020), Sumber: DokPri
Benteng Somba Opu Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan (2020), Sumber: DokPri

Satu bukti hubungan positif Indonesia-Belanda, di Kota Leiden ada jejak sejarah Indonesia disana. Di mural gedung Koninklijk Instituut voor, Taal Land, en Volkenkunde, atau KITLV. Pada dinding bagian depan gedung dengan aksara Bugis Lontara La Galigo.

Terpampang tulisan aksara lontara yang terkenal itu berbunyi: polena pelele winru, tenrikutuju mata, padanna sulisa. Artinya saya telah berkelana menebar ilmu, tak pernah kumelihat keindahan seperti sulawesi (Indonesia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun