"Apakah masih ada bangku kosong?"
"Silakan, di sana masih ada, Kak."
Perempuan itu mengangguk pertanda menyatakan terima kasih. Setelah ia duduk, sang Pelayan menanyakan minuman atau makanan apa yang hendak dipesan oleh pelanggan barunya.
"Moccacino-nya, Mas."
"Pesanan kami catat. Ada yang mau dipesan lagi, Kak?"
"Cukup."
Sang Pelayan dengan sigap segera memberikan secarik kertas dan sebuah pena. Ia kembali menjelaskan fungsi kertas dan pena yang ia bagikan. Perempuan itu mengangguk. Sang Pelayan meninggalkan perempuan itu untuk segera menyiapkan pesanannya. Namun, hingga moccacino-nya habis, kertas itu tetap bersih dari coretan.
**
Malam demi malam terus berlalu sebagaimana mestinya. Lelaki itu selalu datang ke Kedai Kata setelah kedatangannya yang pertama. Ia tak tahu pasti sesuatu apa yang membuatnya harus datang ke tempat itu. Barangkali ia kecanduan dengan moccacino-nya, atau mungkin ketagihan dengan kenyamanan di dalamnya.
Tidak si Lelaki, tidak juga si Perempuan. Ia juga tidak pernah alpa datang ke Kedai Kata. Ia selalu datang setelah kedatangan sosok berinisial AM. Bukan sebuah kebetulan. Perempuan itu memang datang ke Kedai Kata sebab penasaran dengan kata-kata yang ditulis oleh sosok berinisial AM. Namun ia belum ingin bertemu dengan sosok itu. Ia hanya ingin menyelami kata-kata dari sosok berinisial AM. Berikut adalah kata-kata dari sosok berinisial AM di hari kedua, ketiga, dan keempat.
Sesuatu yang manis jika dikonsumsi setiap saat nyatanya memang tidak baik. Bukan hanya membuat diabetes tapi juga membuatmu kecewa jika secara tiba-tiba harus mengonsumsi sesuatu yang pahit setelah sebelumnya kamu selalu mengonsumsi sesuatu yang manis.