Mohon tunggu...
hasan.ali.penulis
hasan.ali.penulis Mohon Tunggu... Penulis

Buku pertamanya Salahkah Aku Terlahir Introvert? (Guepedia, 2021). Cerpen-cerpennya terbit di Ruang Litera SIP, golagongkreatif.com, serta dicetak secara antologi bersama penulis lain. Cerpennya "Momong Jimbrot" menjadi juara pertama dalam Sayembara Cerpen Pulpen XIX.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teka-Teki di Kedai Kata

29 Maret 2025   10:43 Diperbarui: 29 Maret 2025   10:43 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**

Lelaki itu mencoba berbicara dengan dirinya sendiri. Mengingat kejadian yang belum lama ini ia alami. Kejadian yang membuat ia merasa seperti kehilangan kewarasannya. Dan kini, ia sedang berupaya untuk menghapus ingatan atas kejadian itu. Tak terasa, air mata menitik dari ujung matanya dan jatuh di atas kertas di hadapannya.

Kejadian itu sudah berlalu, namun penyesalan atas kejadian itu belum juga luruh seiring bertambahnya waktu. Lelaki itu telah memohon ampun kepada Tuhan, namun belum meminta maaf kepada orang yang sepantasnya ia mintai maaf. Dan ia pun tak yakin jika orang yang sepantasnya ia mintai maaf itu akan memaafkannya. Dengan berderai air mata, ia menuliskan kata-kata yang ditujukan untuk menghibur dirinya sendiri.

Jika kamu sudah tidak kuat dengan rasa pahit, tidak ada salahnya kamu tambahkan sesuatu yang manis di dalamnya supaya kamu tetap bisa menikmati rasa pahit itu.

AM

 Sang Pelayan kembali dengan membawa pesanan lelaki itu. "Silakan dinikmati moccacino-nya, Kak."

"Terima kasih," jawab lelaki itu sambil menyerahkan kertas yang telah berisi goresan kata di atasnya.

Lelaki itu menyeruput secangkir moccacino-nya. Menikmati pahit dari kopi yang bercampur dengan manis dari susu dan kenyamanan yang ditawarkan oleh cokelat di dalamnya.

Setelah moccacino-nya tandas, ia segera meninggalkan Kedai Kata. Dan persis lelaki itu keluar, ada satu pelanggan perempuan yang masuk. Seperti halnya si Lelaki, perempuan itu juga baru pertama kali datang ke tempat itu. Perempuan itu berjalan mengelilingi kedai kopi itu terlebih dahulu sebelum duduk. Ia memperhatikan hanya ada satu kursi pada setiap meja. Lampu-lampu yang tergantung di plafon menyala remang-remang. Lampu-lampu itu seakan dipasang hanya untuk menandakan bahwa tempat itu memiliki kehidupan. Dinding kedai itu dipenuhi pigura yang berisi secarik kertas dengan berbagai macam kata yang digores di atasnya. Pada setiap pigura, terdapat sebuah lampu sorot sebagai bentuk apresiasi terhadap setiap kata yang ditulis oleh para pelanggan. Dan, ia berhenti pada salah satu pigura dengan untaian kata yang terasa begitu mewakili perasaannya saat ini.

Matanya sesaat memelototi tulisan itu lebih dalam. AM. Ia langsung teringat dengan seseorang dengan inisial yang sama. Apakah AM di sini sama dengan AM yang ada di dalam pikirannya?

"Permisi, Kak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya sang Pelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun