Mohon tunggu...
Haryo Pambudi
Haryo Pambudi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan "PATRA" ITB

Selanjutnya

Tutup

Money

Langkah Bersama Energi untuk Indonesia Mendunia

30 Desember 2015   21:10 Diperbarui: 30 Desember 2015   22:15 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemandirian energi, hal besar yang selalu dicita-citakan para pelaku dan penyedia energi Indonesia. Kemandirian energi, kemampuan bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dibidang energi. Namun sudah mandirikah kita?

Mari kita lihat aspek yang lebih kecil terlebih dahulu sebelum menuju kemandirian energi, yaitu ketahanan energi. Ketahanan energi merupakan terjaminnya ketersediaan (availability) energi yang dapat dibeli oleh masyarakat (affordability) dan dapat diakses oleh pengguna (accessibility). Bila kita lihat kondisisi negara kita sekarang, Indonesia hanya memiliki cadangan BBM untuk operasional selama 17 hari. Berbeda jauh dengan Malaysia yang punya 30 hari, Singapura 50 hari, dan Korea Selatan 50 hari. Bahkan sekarang konsumsi minyak Indonesia yang sekitar 1,2 juta barel per hari jauh melebihi produksinya yang hanya sekitar 770 ribu barel per hari. Untuk mengatasi hal tersebut negara akhirnya mengimport minyak dari negara lain bahkan dari Korea yang tidak memiliki cadangan minyak sama sekali. Dari segi kemudahan akses juga Indonesia bagian timur masih sulit untuk mendapatkan sumber energi. Jadi, sudahkah kita mencapai ketahanan energi? Masih berani untuk membicarakan kemandirian energi padahal ketahanan energi saja masih sulit?

Kita harus berani, Itulah jawaban dariku. Tak ada yang salah dalam bermimpi untuk mencapai kemandirian energi selama kita mau berusaha. Kemandirian energi saat ini menjadi hal yang urgen untuk dicapai oleh Indonesia. Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nation” menyatakan bahwa produksi dan perdagangan merupakan kunci pembuka kemakmuran suatu negara. Dimana energi sendiri merupakan hal yang penting dalam rangka menjalankan produksi dan perdangan. Jadi kemandirian energi merupakan salah satu kunci untuk mencapai tujuan negara kita yaitu kemakmuran bangsa.

Selain itu, PricewaterhouseCoopers (PwC) juga menyatakan bahwa Indonesia diproyeksikan dapat menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2050 dan bisa meraih posisi ke-4 terbesar di dunia. Untuk mencapai hal tersebut, energi memegang faktor penting dalam menunjang pereknomian bangsa. Lebih baik kita berusaha dari sekrarang daripada hanya diam dan mengumpat kondisi bangsa kita sekarang. Semua WNI memiliki peran dan bertanggung jawab dalam mencapai kemandirian energi bangsa. Langkah pergerakan harus dimulai dari tiap individu-individu dalam bangsa ini.

 

Pemanfaatan Potensi dengan Diversifikasi Energi

Dari bauran energi Indonesia pada tahun 2013 dapat dilihat bahwa dominasi energi Indonesia masih dipegang oleh penggunaan minyak bumi sebesar 48%, gas bumi sebesar 17%, dan batubara sebesar 19%. Bila dibandingkan dengan negara maju lain seperti Amerika yang bauran energinya adalah minyak sebesar 37% dan gas sebesar 30% Indonesia masih tertinggal.

Paradigma yang ada dalam masyarakat adalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan minyak buminya. Nyatanya tidaklah seperti itu, Indonesia tidak kaya akan minyak buminya melainkan kaya akan sumber energinya. Potensi inilah yang dapat membuat Indonesia mendunia. Indonesia merupakan negara dengan cadangan geothermal terbesar didunia yaitu sekitar 40% dan dapat mencapai 20 ribu MW. Indonesia juga memiliki cadangan non konvensional hidrokarbon yang besar, seperti shale gas Indonesia diperkirakan sebesar 574 TSCF, CBM yang sekitar 453,3 TSCF menempati urutan 6 di dunia. Kemudian Indonesia dengan luas wilayahnya yang besar juga memiliki potensi baik dalam bidang maritim maupun daratan untuk sumber energi terbarukan seperti sumber energi dari biomassa, udara, air, matahari, dan gelombang laut.

Langkah yang dilakukan pemerintah saat ini sudahlah tepat untuk mereduksi ketergantungan terhadap minyak bumi, dapat dilihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 salah satu langkah yang diambil pemerintah adalah dengan melakukan diversifikasi energi dimana ditargetkan pada tahun 2030: Minyak bumi berkurang menjadi 30%, Gas bumi menjadi 27%, dan Batubara menjadi 30%. Untuk dapat meningkatkan persentase gas dalam bauran energi, diperlukan adanya infrastruktur yang mendukung sehingga dapat tercapai pemerataan distribusi dan dapat terjadi transisi dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, Indonesia juga dapat menjadi sumber energi untuk negara lain bila kita benar-benar baik dalam diversivikasi energi ini.

Penghematan Energi

Pengehematan energi sudah menjadi budaya dunia dan haruslah dibudayakan di Indonesia dari sekarang mulai dari tiap individunya. Gerakan seperti mematikan lampu di siang hari, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, menggunakan kendaraan umum, car free day, earth hour merupakan langkah kecil yang bila dilakukan secara massive dapat menimbulkan dampak yang besar. Pemerintah juga sudah mulai memberikan fasilitas transportasi umum yang cukup memadai. Memang tidaklah mudah untuk membudayakannya, perlu adanya kesadaran dari masyarakat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman lebih bahwa gerakan tersebut memiliki banyak manfaat tidak hanya dalam rangka mencapai kemandirian energi tapi juga dapat menghemat biaya dan menjaga kesehatan lingkungan dunia. Pemberian pemahaman ini juga baiknya dimulai sejak dini dari pendidikan dasar.

 

Optimalisasi Produksi dan eksplorasi

Langkah selanjutnya adalah dengan optimasi bagian hulu. Tidak hanya migas konvensional namun juga migas non konvensional harus kita optimasikan produksinya. Yang dibutuhkan dalam optimalisasi produksi adalah dengan mengembangkan teknologi dan meningkatkan jumlah pelaku industri. Teknologi yang dibutuhkan seperti EOR, EGR, Hydraulic Fracturing, Horizontal well, multiwell production di CBM dan lainnya penting untuk dikembangkan. Kedua hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki iklim investasi migas di Indonesia terlebih dahulu. Indonesia, yang peringkat kemudahan investasinya berada pada urutan 109 dari 189 negara menurut Bank Dunia memiliki perizinan yang sulit dalam bidang industri migas. Ini menjadi salah satu faktor yang menghambat Indonesia mendunia karena perusahaan asing menjadi kurang tertarik untuk berinvestasi. Jadi pemerintah sebaiknya meringkas jumlah perizinan yang ada agar menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan begitu Indonesia dapat menarik perhatian dunia untuk berinvestasi.

Invesasi asing memang menjadi seperti pedang bermata dua. Dapat menimbulkan pandangan masyarakat bahwa ini menunjukkan ketidakmandirian kita, namun di sisi lain memang kita juga membutuhkan peran asing dalam mengembangkan energi Indonesia. Oleh karena itu baiknya kita kurangi sedikit ego kita untuk mau melakukan sebuah kerjasama antara Indonesia dengan investor asing dengan batasan-batasan tertentu agar terjadi optimasi pengembangan industri migas Indonesia. Salah satu metodenya adalah dengan Joint Operating Buddy. Dengan metode ini, Indonesia juga dituntut untuk belajar bersama dengan teknologi asing. Sehingga setelah PSC selesai nantinya Indonesia menjadi siap dan proses transfer teknologi berlangsung secara sustain.

Selain itu agar kita dapat menjadi mandiri, kita juga perlu membantu Pertamina sebagai BUMN kita untuk mendapat prioritas dalam mengelola suatu lapangan. Apabila Pertamina belum sanggup atau tidak mau barulah kita berikan opsi lain untuk bekerja sama dengan perusahaan asing. Agar dapat mengakselerasi kesiapan Pertamina dan perusahaan Indonesia untuk mengelola lapangan, perlu ada juga bantuan dari pemerintah berupa dana riset agar dapat terjadi pengembangan teknologi untuk dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada di dunia migas.

Indonesia dan Dunia

Beberapa langkah diatas merupakan langkah penting dalam rangka mencapai kemandirian energi. Dengan kemandirian energi dan potensi energi yang ada di Indonesia, kita dapat memenuhi kebutuhan sendiri, bekerja sama dengan dunia, menjadi pemasok energi untuk negara lain, dan yang paling penting dapat menunjang perekonomian bangsa dalam rangka menghadapi tantangan global agar dapat menjadi negara yang berpengaruh di dunia nantinya.

Oleh karena itu, kita harus berani melangkah. Melangkah sebagai satu kesatuan Indonesia. Setiap titik harus berusaha dan saling percaya, dimulai dari diri kita masing-masing, pemerintah, Pertamina, industri migas Indonesia, dan komponen-komponen migas lainnya. Melangkah untuk menghemat energi, diversifikasi energi, optimalisasi produksi dan eksplorasi agar dapat tercapai kemandirian energi bangsa sehingga Indonesia dapat mendunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun