Mohon tunggu...
Bert Toar Polii
Bert Toar Polii Mohon Tunggu... Saya adalah penggemar olahraga bridge yang sangat fanatik dan ingin berbagi tentang berbagai kelebihan dan manfaat olahraga ini. Waktu luang saya digunakan untuk memperkenalkan tentang kampung saya Tondano.

Saya adalah penggemar olahraga bridge yang sangat fanatik dan ingin berbagi tentang berbagai kelebihan dan manfaat olahraga ini. Waktu luang saya digunakan untuk memperkenalkan tentang kampung saya Tondano.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bridge Identik dengan Orang Manado

22 September 2011   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Bert Toar Polii



Selama ini sudah terpatri di benak insan olahraga di tanah air, berbicara olahraga bridge berarti berbicara mengenai orang Manado.

Mengapa hal ini terjadi?Penyebabnya sederhana, karena olahraga bridge selama ini dikenal identik dengan permainan orang Manado, sehingga sering terjadi salah kaprah dimana semua orang Manado dianggap tahu bermain bridge.

Kondisi ini terjadi, sebabselama puluhan tahun baik anggota tim nasional maupun anggota tim yang mewakili daerah di Kejurnas Bridgedidominasi oleh orang Manado dan bahkan bukan saja atlet tapi pengurusnyapun.

Di tahun 70 – 80 an kalau ada Kejurnas Bridge berarti sama dengan reuni antar orang Manado. Hampir semua kontingen yang hadirdari Seluruh Indonesia minimal ada 1 atau 2 orang Manado yang nyelip.

Sebenarnya kata orang Manado baru dikenal padapermulaan abad ke duapuluh dimana banyak pemuda Minahasa pergi merantau untuk mencari hidup yang lebih baik, demikian menurut Bert Supit dalam Manusia Minahasa: Ditinjau Dari Latar belakang Adat Dan Kebiasaan. Orang Manado yang ada dibenakmasyarakat adalah semua orang yang berasal dari Manado tidak melihat apakah, orang Minahasa atau Manado.Jadi tidak perlu heran kalau orang Manado tersebar dimana-mana diseluruh Indonesia.

Menyebarnya orang manado berarti menyebarnya juga olahraga bridge. Walaupun olahraga bridge kurang populer di mata masyarakat tapi dalam hal penyebarannya diseluruh Indonesia patut diacungi jempol. Gabungan Bridge Seluruh Indonesia, organisasi yang mengatur olahraga bridge adalah salah satu dari sedikit cabang olahraga yang mempunyai pengurus di Seluruh Indonesia.

Kondisi diatas membuat banyak orang bertanya, mengapa sih olahraga bridge begitu berkembang diantara orang Manado. Sulit menjawab pertanyaan ini secara tepat, tapi menurut saya ada beberapa hal yang menunjang sehingga orang Manado senang bermain bridge, yaitu:


  1. Dikalangan orang Manado bermain kartu adalah lumrah sehingga tidak identik dengan judi, jadi tidak perlu dilarang. Sewaktu saya kecil, bermain kartu dengan taruhan kelereng merupakan hal yang biasa.
  2. Mapalus. Semangat mapalus yang lebih mengarah kepada kerjasama dan saling membantu disertai disiplin kelompoktinggiyang dianut orang Manado sangat membantu dalam permainan bridge. Permainan bridge dilakukan secara pasangan sehingga tanpa kerjasama dan saling membantuapalagi tanpa disiplin yang tinggi jangan harap bisa mencapai hasil yang baik.
  3. Sifat “sei re’en”. Suatu sikap yang didasarkan atas anggapan bahwa apa dan siapa saja, dapat dihadapi dan dikuasai. Sifat sei re’en ditambah keingintahuaan atas hal-hal yang baru membuat orang Manado dengan mudah menerima atau meniru apa saja hal-hal yang asing. Sayang sekali sifat sei re’en ini sering menjadi kelemahan orang Manado. Karena sifat sei re’en bila lepas kontrol akan mencapai suatu titik ketinggian yang senatiasa memamerkan sikap “arogansi kebesaran”; mengganggap diri besar dan hebat tapi tanpa dasar dan pegangan yang riil; memandang enteng apa dan siapa saja yang dihadapi.

Menurut Alex Paat (Manusia Minahasa: Falsafah Dan Pandangan Hidupnya); orang Manado digambarkan sebagai orang Belanda yang suka minum, mempunyai temperamen demokrasi dan sistim sekolah umum serta menyenangi film-film dari Holywood dan suka bermain bridge.

Orang Manado dan Bridge Indonesia

Menurut sejarah Gabungan Bridge Seluruh Indonesia(Gabsi), pendiri organisasi Gabsi yang lahir tahun 1953 adalah orang Manado , Willy Th. Roring yang juga anggota TNI AL.bersama dua bersaudara GA Muntu dan HV Muntu , selanjutnya ada Dr. G. Rambitan yang menjadi Ketua Umum PB Gabsi tahun 1966-1968 kemudian menyusul HN Sumual pada tahun 1982-1986. Selain kedua tokoh diatas masih ada Willy Wuwungan, Dick Masengi, Frans Waleleng, Bob Pangerapan dan masih banyak lagi tokoh-tokoh bridge yang orang Manado mewarnai sejarah Gabsi.

Tidak bisa dibantah,ditangan para tokoh diatas, atlet-atlet bridge ditempa sehingga mampu berprestasi ditingkat dunia, mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di dunia internasional.

Dikalangan atlet, ada Manoppo bersaudara, Henky Lasut, Max Aguw, WD Karamoy, Denny Sacul, Ferdy Waluyan, Franky Karwur dan sederet nama lainnya yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia diberbagai arena internasional.

Dua pretasi terbesar yang pernah diukir oleh Indonesia merupakan sumbangsih atlit-atlit kawanua sebutan yang lain untuk orang Manado, yaitu: runner-up olympiade bridge tahun 1996 di kepulauan Rhodos, Yunani dengan para pemain Henky Lasut, Eddy Manoppo, Denny Sacul, Franky Karwur, Santje Panelewen dan Giovani Watulingasdan yang terbesar adalah juara 3rd IOC Grand Prix 2000 di Laussane, Swiss dengan para pemain Henky Lasut, Eddy Manoppo, Denny Sacul dan Franky Karwur.

Keempat nama diatas telah terukir dengan rapih sejajar dengan atlet-atlet peraih medali emas olympiade di markas besar International Olympic Committee (IOC) di markas IOC di Laussane, Swiss

Dari keenam atlet diatas hanya Denny Sacul yang bukan lulusan Manado, ia besar di Surabaya dan mematangkan karier bridgenya di Jakarta. Denny Sacul bisa berhasil karena ia meluangkan 80% waktunya untuk dunia bridge. Memang, untuk berhasil dibidang apapun komitmen total sangat dibutuhkan.

Sisanya adalah atlet-atlet lulusan Manado, Santje. Franky, Giovani adalah hasil tempaan Gabungan Bridge Manado yang kemudian hijrah ke Jakarta.

Henky Lasut dan Eddy Manoppo adalah dua maestro bridge kita yang namanya sudah sejajar dengan para kampiun dunia sehingga sangat pantas kalau kemudian Pemda Sulut mendirikan bridge center di Manado dengan mengabadikan kedua nama besar diatas. Bridge Centre Henky-Eddy yang peletakan batu pertamanya oleh Jend TNI (Purn) Wiranto sebagai Ketua Umum PB Gabsi pada Desember 1996

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun