Jepang sekali lagi membuktikan statusnya sebagai kekuatan utama Asia. Disiplin dalam bertahan, agresif dalam menyerang, dan tajam dalam penyelesaian akhir menjadi ciri khas mereka. Dengan pemain-pemain yang merumput di Eropa seperti Keisuke Osako, Tsuyoshi Watanabe, Koki Machida, dan Kubo, Jepang memberikan pelajaran besar tentang bagaimana membangun tim nasional yang kompetitif secara global.
Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, mengatakan bahwa dirinya menghargai permainan Indonesia, dan menyebut tim Garuda memiliki potensi besar untuk berkembang.
"Mereka masih muda, dan punya pelatih yang bagus. Kekalahan ini bisa menjadi awal dari pembelajaran yang lebih besar," kata Moriyasu dalam komentarnya seusai pertandingan.
kekalahan 0-6 melawan Jepang memang sangat menyakitkan bagi pendukung Timnas Indonesia. Namun, sebagai tim yang sedang berkembang, hasil ini seharusnya tidak dijadikan alasan untuk patah semangat. Justru dari kekalahan telak seperti ini, evaluasi menyeluruh bisa dilakukan untuk membangun fondasi yang lebih kuat.
Penting untuk menyadari bahwa membangun tim nasional yang tangguh tidak bisa instan. Butuh proses panjang, pembinaan usia dini yang serius, serta peningkatan kualitas kompetisi domestik.
Timnas Indonesia harus kembali ke lapangan latihan dengan semangat baru, memperbaiki kekurangan, dan tetap percaya bahwa masa depan sepak bola Indonesia bisa lebih cerah dengan kerja keras dan konsistensi.
Kekalahan telak ini jelas menjadi alarm keras bagi Timnas Indonesia yang belakangan mulai menanjak secara prestasi. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan jika ingin bersaing di level Asia.
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert berkomentar setelah pertandingan. sangat menyayangkan kekalahan telak timnas kontra jepang dan juga kecewa karena banyak pemainnya yang mengalami cedera, kami perlu belajar lagi dari kekalahan besar ini, kami harus sama-sama belajar dan mempersiapkan diri untuk laga selanjutnya, kami sangat kecewa tapi harus bersiap untuk Putaran Keempat." tutup Patrick Kluivert.
Beberapa catatan penting untuk evaluasi ke depan:
- Fisik dan stamina: Pemain Indonesia tampak kelelahan sejak pertengahan babak pertama. Dibutuhkan peningkatan dalam aspek kebugaran fisik agar bisa bersaing sepanjang 90 menit.
- Organisasi pertahanan: Koordinasi antara bek tengah dan fullback sering kali kacau, memberi ruang bagi pemain Jepang untuk bebas masuk ke kotak penalti.
- Transisi permainan: Indonesia lambat dalam transisi dari bertahan ke menyerang. Butuh visi permainan dan pergerakan tanpa bola yang lebih baik.
- Pola serangan: Minimnya kreativitas di lini depan membuat Indonesia tidak mampu menciptakan peluang. Pemain seperti Marselino dan Rafael Struick butuh sokongan yang lebih solid dari lini tengah.
Statistik selama 90 menit pertandingan menunjukkan dominasi Jepang dalam penguasaan bola 71 persen berbanding Indonesia hanya 29 persen. Jepang total melepaskan 21 tembakan, sebelas di antaranya mengarah ke gawang Indonesia. Adapun Timnas indonesia tidak bisa menciptakan peluang satu pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI