Selepas subuh, ketika hendak bersiap berangkat kerja, tiba-tiba saja terpikirkan --atau, kangen-- AADC, Ada Apa dengan Cinta?
Entah, datang begitu saja, entah dari mana asal-mula perasaannya. Aku coba ingat-ingat semalam mimpi apa, sebelum tidur ngapain aja. Biasa. Normal sebagaimana biasanya.
Seingatku, aku tidak mimpi apa-apa. Sebelum tidur, seperti biasa jika sedang shift pagi, maka aku akan menyiapkan semua pekerjaan untuk besok dari malam harinya. Biasa.
Akan tetapi, malam itu memang saya susah tidur. Kalau ini bukan overthinking, sehabis buka puasa, sengaja aku bikin es kopi. Malam itu sedang enak betul es kopinya. Tidak bisa tidur, ya, wajar.
Sambil menyiapkan isi tas sebelum berangkat, bayang-bayang AADC masih jelas di kepala.
Pagi itu kereta cukup ramai, tetapi aku masih bisa main HP juga. Sambil cek-cek temlen Twitter, aku putus saja nonton AADC di kereta. Lumayan, dapet separo cerita.
Kalau boleh jujur, AADC ini tuh made me feel traumatized. Aku tak perlu ceritakan kenapa, tetapi akan kulampirkan cuitannya:
Baca juga: Tidak Ada Orek Hari Inihoror-romance: aadc (2). pulang nonton, malemnya langsung putus. :((( pic.twitter.com/EtpfB4rNv4--- Kangmas Harry (@_HarRam) October 29, 2020
Namun, ketika mesti transit ke Stasiun Tanahabang, aku jadi memerhatian AADC dengan POV yang lain: bagaimana karekter Cinta ini hidup dalam cerita?
Biar bagaimanapun, selama ini menikmati AADC pasti di sisi Rangga saja.