Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Health Promoter

Master of Public Health | Praktisi Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Brave Pink dan Fenomena Color Revolution

3 September 2025   22:02 Diperbarui: 3 September 2025   22:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: media.suara.com

Beberapa hari terakhir, lini masa media sosial di Indonesia dipenuhi warna merah muda. Foto-foto profil yang berubah menjadi bernuansa pink bukan sekadar tren estetika atau permainan filter. Ia adalah tanda, sebuah pernyataan sikap, sekaligus bentuk tekanan moral kepada pemerintah agar mendengarkan suara masyarakat. Fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah "Brave Pink", yang dipasangkan dengan warna hijau atau "Hero Green".

Di balik warna merah muda itu, ada kisah yang menyentuh yakni momen demonstrasi pada 28 Agustus 2025 di mana seorang ibu berjilbab merah muda berdiri berani melawan aparat. Sosok sederhana itu menjelma ikon keberanian rakyat kecil. Sebuah simbol bahwa siapa pun, bahkan tanpa senjata dan jabatan, bisa berdiri tegak melawan ketidakadilan. Dari titik itu, pink bukan lagi sekadar warna lembut tapi menjadi identitas perjuangan.

Fenomena Brave Pink menyebar luas melalui generator online yang memungkinkan siapa saja mengubah foto profil mereka dengan filter merah muda dan hijau. Dalam hitungan jam, ribuan orang dari berbagai latar belakang ikut serta. Figur publik, aktivis, mahasiswa, bahkan selebriti ramai-ramai memasang profil berwarna pink sebagai tanda solidaritas.

Ini adalah contoh paling mutakhir bagaimana media sosial membentuk ruang protes digital. Dalam era di mana informasi menyebar lebih cepat dari bisikan angin, tanda visual seperti warna mampu menyatukan orang-orang yang bahkan belum pernah bertemu. Foto profil menjadi bendera, dan media sosial menjadi alun-alun digital di mana rakyat bersuara.

Fenomena ini bukan hal baru. Dalam sejarah, warna sering menjadi identitas gerakan protes politik. Kita mengenalnya sebagai Revolusi Warna (Color Revolution). Beberapa contoh paling terkenal adalah Revolusi Mawar di Georgia (2003), Revolusi Oranye di Ukraina (2004), dan Revolusi Tulip di Kirgistan (2005).

Semua revolusi ini lahir dari ketidakpuasan rakyat terhadap rezim otoriter. Warna dipilih sebagai simbol pemersatu yang sederhana, mudah dikenali, dan bisa diikuti oleh siapa saja. Tujuan utamanya jelas untuk menuntut demokrasi, keadilan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Namun, perjalanan revolusi warna tidak selalu mulus. Banyak kritik yang menilai bahwa gerakan-gerakan ini kerap dipengaruhi, bahkan ditunggangi, oleh kepentingan asing. Kekuatan global, baik negara besar maupun lembaga transnasional, dituding memanfaatkan semangat rakyat untuk menjatuhkan rezim yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka. Tuduhan keterlibatan badan intelijen seperti CIA atau lembaga donor internasional seperti NED (National Endowment for Democracy) sering muncul dalam narasi kritis terhadap revolusi warna.

Dalam konteks Indonesia, fenomena foto profil Brave Pink menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ini murni ekspresi rakyat atau bagian dari narasi global yang lebih besar? Ada pandangan, terutama dari kalangan yang skeptis, bahwa konflik sosial-politik di Indonesia tak lepas dari upaya "adu domba" yang dimainkan oleh elit global. Mereka menilai bahwa tekanan publik melalui isu demokrasi dan HAM bisa saja dimanfaatkan untuk melemahkan atau menggulingkan pimpinan negara yang tidak sesuai dengan agenda pihak luar.

Meski demikian, menganggap semua gerakan rakyat hanya sebagai permainan aktor asing jelas mereduksi agensi masyarakat itu sendiri. Ada fakta yang tak bisa diabaikan seperti keresahan sosial, ketidakpuasan, dan aspirasi yang tulus memang nyata. Rakyat bukan pion semata tetapi mereka juga aktor yang berjuang untuk masa depan yang lebih adil.

Fenomena Brave Pink mengingatkan kita bahwa simbol sederhana dapat menjelma kekuatan besar. Warna di foto profil mungkin tampak sepele, tetapi ia bisa menyulut rasa kebersamaan, memberi harapan, bahkan menekan penguasa. Namun, kita juga perlu waspada. Sejarah menunjukkan bahwa setiap gerakan rakyat bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak dengan agenda tersembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun