Mohon tunggu...
Harry Cahya
Harry Cahya Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan, Trainer dan Motivator SDM

Harry Cahya, Konasultan, trainer dan Motivator SDM, tinggal di Yogyakarta. Penulis Buku. Quantum Asset Pendiri dan Kepala Laboratorium Edukasi Dasar Pancasila ( sampai sekarang ) Pendiri dan pembina Yayasan Moroji Dwija Nareswara Pendiri Kampung Pancasila Gowongan Kota Yogyakarta (2011) Presenter (Host) Dialog Kebangsaan Pro. 1 RRI Yogyakarta ( 2013-2020) Anggota Dewan Pakar Vox Point Indonesia, DPD DIY Ketua Umum Perkumpulan Pekarya Layang-Layang Indonesia ( 2012-2020)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Alternatif Pembelajaran di Tengah Dilema Antara PJJ dan Tatap Muka

3 September 2020   17:12 Diperbarui: 3 September 2020   18:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengenalan Piranti Pendidikan PETA INTERAKTIF di Aula Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta  ( 02/9/2020)

Amanah edukasi kita bersama adalah bagaimana proses  aktivasi 4 prinsip  karakter life skill ke dalam memory internalnya  diformat dalam narasi, literasi serta bahasa yang paling sederhana, sesuai dengan daya nalar usianya.

Salah satu cara  sederhana untuk membahasakan sehingga mudah dimengerti oleh anak anak usia dini adalah dengan menggunakan alat bantu atau Piranti Peraga Pendidikan  yang mudah dilihat, disentuh/digerakan, enak didengar, serta menantang untuk terus dipandang.

Maka pada kesempatan inilah kami ingin membagi pengalaman ketika memperkenalkan Piranti yang memuat edukasi, pemicu sensor  BACA/PANDANG - TULIS/GERAK -  DENGAR - TUTUR  dan HITUNG (NUMERASI), dalam satu kesatuan media   PETA INDONESIA INTERAKTIF

Piranti atau alat peraga berupa PETA INDONESIA INTERAKTIF (PII), adalah sebuah karya inovatif anak bangsa yang tinggal di Yogyakarta.  Piranti  ini diciptakan melalui sebuah proses yang cukup panjang di mana secara konten telah dibedah bersama P4.TK IPS Kemendikbud di Malang.

PII adalah sebuah alat bermain yang dirancang sesuai dengan suasana hati dan gerak anak anak mulai PAUD TK SD SMP...

Alat bermain ini memiliki efek edukasi yaitu bagaimana mengenalkan keberadaan diri di tengah khsanah NKRI secara mudah.  Peta Indonesia Interaktif akan memicu respond sekali pandang menantang untuk mencoba  bermain dengan seluruh audio visual kekayaan alam, budaya dan sejarah NKRI seiring dengan kegembiraan yang terpicu di hati  anak anak.

Seturut pengalaman, kami optimis terobosan ini bisa menjadi alternatif metodologis bagi pembelajaran siswa siswa khususnya di kala pandemi yang sangat membutuhkan vasiasi cara belajar.

Pengenalan Piranti Pendidikan  ini kami dedikasikan untuk beberapa sasaran satuan pembelajar di DIY, di 4 Kabupaten dan 1 kota, antara lain dimulai sasaran satuan pembelajar di Desa Patuk dan Pengkok Kapenuwon Patuk Kabupaten Gunung Kidul DIY, kemudian sasaran satuan  pembelajar di kelurahan Gowongan, Bumijo dan Cokrodiningratan Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta.  Program ini  dikerjakan  bersama rekan-rekan pejuang volunteris yang tergabung dalam KONSORSIUM KOLABORASI FASILITATOR PROGRAM EDUKASI DASAR PANCASILA & CINTA NKRI

Konsorsium Kolaborasi ini terdiri atas :

  1. Pusat Studi Pancasila Universitas Pembangunan Nasional (UPN) VETERAN YogyakartaBerperan sebagai  fasilitator  Pelatihan pendalaman nilai nilai Pancasila dan bela negara NKRI, bagi semua pihak yang terlibat dalam Program EDUKASI DASAR PANCASILA dan CINTA NKRI SEJAK USIA DINI
  2. Laboratorium Instrumentasi Edukasi Dasar Pancasila Yogyakarta Berfungsi sebagai sistim pendukung berupa  pelatihan praktek penggunaan piranti edukasi PETA INDONESIA INERAKTIF.
  3. Institut Seni Indonesia (ISI) berkontribusi dalam pelibatan mahasiswa untuk pendampingan edukasi baik guru dan siswa dalam pendekatan relasi budaya.
  4. Yayasan  Benih.Baik.com  Berperan sebagai fasilitator Gotong Royong dalam penggalangan dana untuk pengadaan piranti pendidikan berupa Peta Indonesia Interaktif dan Globe Interaktif.
  5. Para Mahasiswa khususnya mahasiswa UPN VETERAN Yogyakarta, Institut Seni  Indonesia (ISI). Yogyakarta dan mahasiswa kampus lain berperan terlibat dalam tindak lanjut pendampingan edukasi dalam format TOT (Training For Trainers) bagi pemuda Karang Taruna setempat

PMJA SEBAGAI MODEL  ALTERNATIF di TENGAH DILEMA

Pada dasarnya ide model alternatif PMJA (Pembelajaran Mandiri Jarak Aman) adalah membentuk satuan pembelajar terkecil, yang dapat dilakukan dalam zona aman. ( Zona hijau atau kuning, sementara untuk  zona merah masih perlu kajian mendalam)  Oleh karena itu terdapat beberapa syarat kriteria serta deskripsi sbb :

  1. Satuan pembelajar terkecil dimaksud sebagai lokasi wilayah satu RW (Rukun Warga) atau dusun/Padukuhan yang berada di kabupaten/kota dalam zona hijau.
  2. Pamong atau pengurus wilayah RW atau Padukuhan, perlu menyediakan ruang bias berupa pendopo atau ruang tamu, terbuka terhadap aliran udara, setidaknya (min) 30 meter pesersegi.
  3. Menjadwalkan pertemuan bermain, sambil belajar secara berkelompok, dari Senin sd jumat.
  4. Setiap kelompok  maksimum 5 siswa (usia rata-rata sama) yang di atur dengan jarak aman sesuai protokol kesehatan, selama durasi maksimum 2 jam.
  5. Dalam satu satuan wilayah pembelajaran terkecil (RW --DUKUH) , barangkali terdapat banyak siswa, maka perlu  di bagi dalam beberapa kelompok, yang anggotanya maksimum 5 orang.
  6. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk pertemuan bermain, belajar 2X seminggu masing-masing durasi @ 2jam.
  7. Seluruh siswa, atau anggota kelompok adalah anak-anak siswa yang tinggal sebagai warga penduduk di RW --PEDUKUHAN yang sama. Hal ini mengandaikan jarak tempuh berangkat dari rumah ke arena bermain dan belajar tidak lebih dari 200 meter.
  8. Adapun yang menjadi Guru atau mentor atau fasilitator, bisa berbagai kemungkinan, bisa GURU, atau Orang Tua, atau anggota Karang Taruna, di mana mereka tinggal di Desa/Kelurahan yang sama, dengan tempat arena bermain, belajar. Hal ini mengandaikan jarak tempuh Guru, mentor atau fasilitator tidak lebih dari 1 Km antara rumah tinggalnya dengan arena bermain.
  9. Konsekuensi model ini memang diperlukan Guru, fasilitator, yang jumlahnya lebih banyak dibanding bila membuka sekolah. Solusinya adalah menciptakan guru-guru darurat setempat. Bagaimana dengan kapasitas Guru , Mentor atau fasilitator. Maka siapapun mereka setidaknya berpendidikan tamat SMA, mampu menjadi fasilitator, meskipun perlu pembekalan training 2-3 X , bagaimana menjadi pendamping belajar sambil bermain dengan menggunakan PETA INDONESIA INTERAKTIF.
  10. Dengan dukungan piranti (alat peraga) PETA INDONESIA INTERAKTIF, yang adaptif inovatif, maka setiap orang dewasa mampu menjadi Guru.
  11. Dukungan Pemerintah baik Pusat dan Daerah, maupun kolaborasi dengan donatur dalam skema CSR atau Tanggung Jawab Sosial Pendidikan para pengusaha, perusahaan utamanya BUMN, dalam fasilitasi pengadaan sarana belajar PETA INDONESIA INTERAKTIF, memang diperlukan, dalam semangat Gotong Royong, menghadapi pandemi ini

Ide model PMJA di atas, adalah sebuah supplement model, yang barangkali dapat melengkapi suasana kurikulum darurat. Dinamika dalam model ini juga perlu keterhubungan komunikasi antara sistim sekolah formal dengan model PMJA. Kolaborasi dan sinkronisasi  antara sistim sekolah orang tua siswa dan PMJA dapat dilakukan sambil jalan. Konsorsium juga akan mengadopsi aplikasi pendukung disebut sebagai SISMOB  Sebuah aplikasi komunikasi real time antara Sistim Sekolah Formal dengan Orang Tua dan sistim PMJA. Aplikasi SISMOB, bukan sebagai aplikasi belajar siswa, tetapi aplikasi komunikasi antara orang tua khususnya dengan Guru dan sistim sekolah formal secara real time .  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun