"Fenomena Rojali dan Rohana tidak akan bertahan lama, bila daya beli masyarakat meningkat."
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ajib Hamdani, analis kebijakan ekonomi Apindo, yang menyoroti perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia di tengah perlambatan ekonomi.
Fenomena Rojali (rombongan jarang beli) dan Rohana (rombongan hanya nanya) menjadi simbol tingkah laku masyarakat urban yang masih mengunjungi pusat perbelanjaan, tetapi dengan intensi konsumsi yang menurun.Â
Hal ini menurut Ajib, bukanlah kondisi permanen, melainkan fase yang berkaitan erat dengan dinamika daya beli masyarakat.Â
Ketika kemampuan ekonomi masyarakat kembali menguat, ia memprediksi kemunculan kelompok baru: Robeli (rombongan jadi beli).
Pergeseran dari Rojali dan Rohana menuju Robeli, pada dasarnya mencerminkan harapan terhadap pemulihan ekonomi nasional.Â
Namun, benarkah daya beli masyarakat saat ini sedang menuju pemulihan?
Di balik optimisme itu, realita di lapangan mengungkapkan hal sebaliknya. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya peningkatan angka kemiskinan perkotaan dalam beberapa bulan terakhir.Â
Artinya, banyak warga kota yang mengalami tekanan ekonomi serius, hingga harus menahan konsumsi, bahkan untuk kebutuhan sekunder.