Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Kamis (31/7/2025) waktu setempat atau Jumat pagi WIB.Â
Peningkatan ini terjadi seiring meningkatnya ketidakpastian global menjelang tenggat waktu kebijakan tarif baru yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 1 Agustus 2025.
Mengutip laporan Reuters, harga emas di pasar spot tercatat naik 0,6 persen menjadi 3.294,56 dolar AS per ons.Â
Sementara itu, harga emas berjangka AS justru sedikit melemah, turun 0,1 persen ke level 3.348,60 dolar AS per ons.Â
Pergerakan harga emas mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap dinamika kebijakan perdagangan yang belum menunjukkan kejelasan arah.
Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus Senior Metals Strategist di Zaner Metals, menyatakan bahwa pasar kembali mencari aset lindung nilai seperti emas di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.Â
"Kami melihat peningkatan ketidakpastian perdagangan menjelang tenggat 1 Agustus untuk tarif.Â
Ini memunculkan kembali permintaan aset lindung nilai seperti emas," ujarnya.
Kebijakan perdagangan Presiden Trump memang menjadi perhatian global. Setelah memperpanjang kesepakatan dagang dengan Meksiko selama 90 hari, Trump juga mengumumkan rencana tarif baru terhadap impor dari Brasil dan Korea Selatan.Â
Langkah ini dinilai akan berdampak pada harga barang konsumsi dan tingkat inflasi di AS, sekaligus memicu reaksi berantai terhadap kondisi pasar keuangan global.
Dari sisi ekonomi makro, data inflasi AS menunjukkan adanya kenaikan pada bulan Juni 2025.Â
Indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang menjadi indikator inflasi pilihan The Fed, naik sebesar 0,3 persen.Â
Hal ini mencerminkan tekanan harga akibat tarif impor yang diberlakukan.
Di sisi lain, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25--4,50 persen dalam pengumuman kebijakan moneternya pekan ini.Â
Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa bank sentral masih berhati-hati dalam menentukan arah kebijakan berikutnya, terutama menyangkut kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan September.
Kebijakan suku bunga ini memiliki dampak langsung terhadap daya tarik emas sebagai instrumen investasi.Â
Emas yang tidak memberikan imbal hasil akan cenderung lebih menarik ketika suku bunga rendah, sebab imbal hasil dari aset lain seperti obligasi ikut menurun.Â
Sebaliknya, suku bunga tinggi membuat emas menjadi kurang menarik dibandingkan instrumen berbunga.
Investor global kini menanti rilis data penggajian non-pertanian AS yang dijadwalkan Jumat ini.Â
Data tersebut akan menjadi acuan penting bagi pelaku pasar dalam memprediksi arah kebijakan The Fed dan potensi lanjutan penguatan harga emas.
Dengan dinamika global yang belum stabil, harga emas diprediksi akan tetap volatil dalam beberapa waktu ke depan, terutama jika ketidakpastian tarif dagang terus berlanjut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI