Dari sisi ekonomi makro, data inflasi AS menunjukkan adanya kenaikan pada bulan Juni 2025.Â
Indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang menjadi indikator inflasi pilihan The Fed, naik sebesar 0,3 persen.Â
Hal ini mencerminkan tekanan harga akibat tarif impor yang diberlakukan.
Di sisi lain, Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25--4,50 persen dalam pengumuman kebijakan moneternya pekan ini.Â
Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa bank sentral masih berhati-hati dalam menentukan arah kebijakan berikutnya, terutama menyangkut kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan September.
Kebijakan suku bunga ini memiliki dampak langsung terhadap daya tarik emas sebagai instrumen investasi.Â
Emas yang tidak memberikan imbal hasil akan cenderung lebih menarik ketika suku bunga rendah, sebab imbal hasil dari aset lain seperti obligasi ikut menurun.Â
Sebaliknya, suku bunga tinggi membuat emas menjadi kurang menarik dibandingkan instrumen berbunga.
Investor global kini menanti rilis data penggajian non-pertanian AS yang dijadwalkan Jumat ini.Â
Data tersebut akan menjadi acuan penting bagi pelaku pasar dalam memprediksi arah kebijakan The Fed dan potensi lanjutan penguatan harga emas.
Dengan dinamika global yang belum stabil, harga emas diprediksi akan tetap volatil dalam beberapa waktu ke depan, terutama jika ketidakpastian tarif dagang terus berlanjut.