Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Subsidi, Tapi Mirip Pengasingan

16 Juli 2025   12:48 Diperbarui: 16 Juli 2025   12:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Subsidi, Tapi Mirip Pengasingan/Kompasiana.com

"Rumah adalah tempat hati pulang. Tapi kalau pulangnya butuh dua jam dan dua kali ojek, itu namanya pelarian, bukan kenyamanan."

Program rumah subsidi seharusnya menjadi solusi untuk keluarga berpenghasilan rendah agar punya hunian layak. Tapi mari jujur saja: banyak rumah subsidi di Indonesia lebih mirip zona eksil ketimbang tempat tinggal ideal. Jauh dari kota, kualitas bangunan tipis-tipis, dan akses ke fasilitas publik nyaris nihil. Kok rasanya kayak program "survivor", bukan perumahan?

Lokasi: Antara "Pinggiran" dan "Pelosok"

Mayoritas rumah subsidi dibangun di lahan yang murah---itu artinya jauh dari pusat kota dan fasilitas publik. Sekolah? Minimal 5 km. Puskesmas? Sering hanya bisa dicapai pakai kendaraan pribadi. Transportasi umum? Mungkin baru lewat kalau ada tim pencari jejak KKN.

Warga jadi harus commute jauh, habiskan waktu dan uang lebih banyak. Ironis, padahal rumah subsidi ini dirancang untuk membantu meringankan beban. Nyatanya, malah nambah beban mental dan logistik.

Kualitas: Rumah Tapi Rapuh

"Baru tiga bulan dihuni, dinding sudah retak. Hujan dikit, atap bocor."

Begitu curhat seorang penghuni rumah subsidi di Cibitung yang rumahnya seolah-olah dibangun dari sisa niat baik. Pihak pengembang berdalih sudah sesuai standar teknis. Tapi pertanyaannya: standar siapa?

Kalau rumah yang dibangun tidak tahan cuaca, bagaimana bisa disebut layak huni?

Akses: Jalan Rusak, Cahaya Minim, Sinyal Hilang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun