Kadang kita merasa "connected" secara global, tapi disconnected secara lokal. Kita terhubung dengan tren dunia, tapi terputus dari cerita rumah sebelah. Padahal, saat banjir datang atau listrik mati, bukan followers yang datang bantu, tapi si tetangga itu---yang namanya kita lupa, tapi wajahnya familiar tiap pagi.
Konten "Peduli Sosial", Tapi Lupa Jadi Sosial
Banyak yang bikin konten "Jangan cuek sama sekitar", "Peduli lingkungan yuk!", atau "Bantu tetangga terdampak." Tapi setelah kamera dimatikan, kita balik jadi netizen pemalu di dunia nyata.
Kadang kita terlalu sibuk menciptakan image baik, tapi lupa membentuk interaksi baik.
Senyum manis untuk kamera, tapi datar saat papasan dengan tetangga.
Semangat komentar di live orang, tapi diam seribu bahasa waktu ditanya, "Anaknya Bu Jannah udah lulus ya?"
Ruang Sosial Kosong, Tapi Storage HP Penuh
Dulu, pos ronda jadi tempat segala. Ngopi, curhat, bahkan debat isu nasional. Sekarang? Kosong. Bukan karena tak butuh, tapi karena semua sibuk "nongkrong" di tempat yang tidak bisa disentuh---di grup, di aplikasi, di cloud.
Ponsel kita penuh dengan foto makanan, video challenge, dan aplikasi edit suara. Tapi memori sosial kita menipis. Kita lupa suara asli tetangga karena sudah lama tak berbincang. Kita lupa cara menegur secara santun karena terlalu lama menilai hanya lewat emoji.
Apakah kita masih bisa berteman tanpa sinyal?
Teknologi Itu Netral, Kita yang Arahkan