Oleh: Harmoko | Selasa, 8 Juli 2025
Mengelola Uang Bareng Pasangan Bukan Tabu, Tapi Wajib
Banyak pasangan muda mengira pernikahan cukup bermodalkan cinta, kemantapan hati, dan foto prewed estetik. Tapi setelah akad selesai dan pesta berakhir, realita segera datang mengetuk: tagihan listrik, cicilan motor, dan saldo rekening yang semakin horor.
Di sinilah muncul pertanyaan penting yang sering terlambat ditanyakan: setelah akad, apa rencana finansialmu?
Di budaya kita, bicara uang dalam hubungan sering dianggap tidak romantis. Banyak pasangan lebih dulu bicara soal nama anak, gaya hidup impian, atau desain dapur minimalis, tapi belum tentu tahu berapa utang yang dibawa pasangannya ke pelaminan.
Akibatnya? Banyak rumah tangga yang dimulai dengan cinta, tapi berakhir dengan saling tuding---karena keuangan yang tak pernah disepakati sejak awal.
Pasangan muda masa kini menghadapi tekanan ganda: penghasilan yang pas-pasan, tapi ekspektasi sosial yang luar biasa tinggi. Harus langsung mandiri, punya rumah, naik mobil, dan tampil "mapan" di media sosial.
Tanpa rencana finansial yang matang, mereka mudah terjebak dalam gaya hidup impulsif dan pinjaman konsumtif. Inilah yang sering jadi penyebab konflik rumah tangga: bukan karena cinta yang hilang, tapi karena tidak pernah belajar mengelola uang bersama.
Program pranikah di Indonesia jarang membahas soal keuangan. Fokusnya lebih banyak ke peran gender, komunikasi suami-istri, atau hukum agama. Padahal, masalah finansial adalah penyebab perceraian tertinggi kedua di Indonesia (data BPS 2022).
Seharusnya, pendidikan pranikah mulai memasukkan materi seperti:
- Menyusun anggaran rumah tangga,
- Perbedaan antara rekening bersama dan rekening pribadi,
- Strategi dana darurat dan investasi keluarga.