Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi Punya Rumah, Tapi Jalan Masih Tanah: Ironi Rumah Subsidi

28 Juni 2025   01:34 Diperbarui: 28 Juni 2025   01:27 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Rumah Sudah Dimiliki, Tapi Jalan Masih Dicari

Banyak keluarga muda merasa haru saat menerima kunci rumah subsidi pertama mereka. Rasa syukur membuncah, karena akhirnya terbebas dari kontrakan sempit atau tidur bergantian di rumah orang tua. Namun, setelah euforia itu reda, realitas mulai menampakkan diri---dan tak jarang, sangat kontras dengan janji brosur.

Jalan masuk ke perumahan masih berupa tanah merah. Ketika hujan turun, tanah berubah jadi lumpur. Ketika panas, debunya beterbangan menantang masker medis. Tukang ojek online menolak mengantar. Mobil ambulans pun ragu masuk. Yang tinggal hanya satu: warga berjalan kaki menyusuri harapan, sambil menggenggam kenyataan.

Program Mulia, Tapi Banyak yang Terlupa

Tak bisa dipungkiri, program rumah subsidi adalah salah satu inisiatif mulia pemerintah untuk mengatasi kesenjangan kepemilikan rumah. Dengan cicilan ringan, DP rendah, dan tenor panjang, program ini seolah membuka pintu harapan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun, sayangnya, fokus sering kali hanya pada rumahnya, bukan kawasan tempat rumah itu berdiri. Banyak pengembang berlomba menyelesaikan unit rumah secepat mungkin untuk mengejar target dan subsidi pemerintah. Tapi jalan lingkungan, drainase, penerangan, dan fasilitas umum justru sering tertunda---atau bahkan diabaikan.

Hasilnya? Rumah berdiri megah di tengah semak, tanpa jalan yang layak. Seolah berkata, "Ini rumahmu. Soal akses, urusanmu."

Kesaksian dari Warga: Harapan yang Belum Diaspal

Mari kita dengarkan suara dari lapangan.

Pak Anwar, penghuni perumahan subsidi di pinggiran Bekasi, mengeluh, "Sudah setahun tinggal, jalan masih tanah. Kalau hujan, anak sekolah harus gendong sepatu biar nggak kotor." Ia dan tetangganya bahkan sempat patungan untuk membeli batu kerikil agar jalan setapak bisa dilalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun