Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Gen Z yang Gagal, Tapi Sistem Rekrutmen yang Usang?

23 Juni 2025   03:27 Diperbarui: 23 Juni 2025   03:27 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto kompasiana.com

Ketika Gen Z dituduh manja, kurang tahan banting, atau terlalu pemilih dalam mencari kerja, mungkin sudah saatnya kita balik cermin. Benarkah mereka yang gagal beradaptasi---atau justru sistem rekrutmen kita yang sudah lama kehabisan napas?

Interview: Ajang Penilaian atau Ajang Pencitraan?

Mari jujur. Banyak proses interview hari ini lebih mirip audisi stand-up comedy ketimbang evaluasi profesional. Kandidat dituntut tampil percaya diri, artikulatif, bahkan karismatik---seakan-akan nilai kerja itu bisa diukur dari seberapa lebar senyum saat menjawab pertanyaan klise: "Apa kelebihan dan kekurangan Anda?"

Bagi Gen Z yang tumbuh dalam budaya digital---yang lebih spontan, reflektif, dan sering mengandalkan tulisan ketimbang lisan---format seperti ini terasa seperti jebakan. Mereka lebih nyaman mengutarakan ide dalam bentuk konten, proyek digital, atau kerja nyata---bukan basa-basi 30 menit yang lebih menguji kepribadian ketimbang kompetensi.

Generasi Baru, Paradigma Lama

Banyak perusahaan masih mengusung paradigma "senioritas = kredibilitas". Padahal Gen Z datang dengan pendekatan flat, kolaboratif, dan berbasis nilai. Mereka tak silau pada jabatan, tapi respek pada kepemimpinan yang otentik.

Ketika HRD masih menyusun pertanyaan dari template tahun 2002, Gen Z sudah belajar AI, desain UI, atau bangun komunitas sosial di TikTok. Mereka bukan tak punya nilai, mereka hanya bergerak di medan yang belum dikenali HRD zaman batu.

Saatnya Rekrutmen Direvolusi

Bagaimana kalau proses rekrutmen tak lagi berpusat pada "siapa yang paling jago bicara", tapi pada "siapa yang paling relevan kontribusinya"?

Platform portofolio digital, case study based hiring, atau collaborative task challenge seharusnya mulai menggantikan pola-pola lama. Interview bukan lagi sekadar tanya-jawab, tapi simulasi nyata dunia kerja---yang memungkinkan Gen Z menunjukkan apa yang mereka bisa, bukan sekadar menghafal jawaban sempurna dari internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun