Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paylater dan Risiko Untuk Generasi Muda

16 Juni 2025   01:34 Diperbarui: 16 Juni 2025   01:34 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaji Belum Turun, Cicilan Sudah Datang: PayLater dan Realita Gali Lubang Masa Kini

Belakangan ini saya makin sering melihat teman-teman di sekitar saya posting barang-barang baru: sepatu sneakers kekinian, ponsel terbaru, atau tiket konser yang harganya hampir setara gaji sebulan. 

Saya senang mereka terlihat bahagia. 

Tapi ketika obrolan ngopi dimulai dan pertanyaan "beli di mana?" muncul, jawabannya sering sama: "Pakai PayLater."

Awalnya saya pikir PayLater hanya alat bantu transaksi. 

Tapi makin hari, saya merasa layanan ini jadi semacam candu digital---yang halus, tak terasa, dan tahu-tahu bikin kita nyungsep.

Saya bukan anti kemajuan teknologi. 

PayLater punya sisi positif: mempermudah transaksi, jadi solusi di saat darurat, dan memberikan akses ke layanan keuangan bagi mereka yang belum punya kartu kredit. 

Tapi, masalahnya bukan pada teknologinya, melainkan cara kita menggunakannya.

Banyak orang, terutama anak muda, menggunakan PayLater bukan untuk kebutuhan penting, tapi untuk gaya hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun