Cicilan skincare, kopi kekinian, outfit lebaran yang harus beda tiap tahun---semuanya bisa dicicil.Â
Bahkan liburan ke Bali pun bisa diangsur.
Sayangnya, yang jarang diangsur adalah kesadaran bahwa semua itu tetaplah utang.
Saya membaca sebuah artikel yang menyebut bahwa 1,5 juta orang di Indonesia kini kesulitan mengajukan KPR karena pernah menunggak cicilan PayLater.Â
Data ini membuat saya meringis.Â
Bayangkan: mimpi punya rumah bisa kandas hanya karena telat bayar cicilan HP atau belanja online.
Mereka yang rajin menabung, tapi punya jejak digital finansial buruk, bisa ditolak bank.Â
Skor kredit turun.Â
Nama tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).Â
Efeknya panjang, tidak hanya untuk rumah, tapi juga akses pinjaman pendidikan, modal usaha, bahkan pekerjaan di sektor tertentu.
Dan semua itu bermula dari satu klik: "Bayar Nanti."