Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bertahan Hidup di Hutan Beton: Strategi Menjinakkan Burnout dari Kantor

15 Juni 2025   05:33 Diperbarui: 15 Juni 2025   05:33 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi burnout.(Pexels/KAMPUS PRODUCTION)

Kehidupan kerja modern sering kali terasa seperti berada dalam reality show tanpa akhir, di mana kita terus-menerus diminta untuk "berkontribusi lebih" sambil tersenyum dan tetap profesional. 

Sayangnya, banyak dari kita akhirnya kehabisan energi---bukan karena kurang kopi, tetapi karena terlalu lama mengabaikan batas diri sendiri. 

Fenomena ini disebut burnout, sebuah kondisi kelelahan fisik dan mental akibat tekanan pekerjaan berkepanjangan yang tidak ditangani dengan tepat.

Burnout bukan sekadar "capek biasa." 

Ia lebih mirip seperti WiFi kantor yang tiba-tiba mati pas kita lagi Zoom meeting dengan bos besar---mengganggu, bikin frustrasi, dan kadang bikin kita pengin lompat ke dunia lain (atau minimal ke hutan tanpa sinyal). 

Untungnya, artikel Kompas Lifestyle baru-baru ini menghadirkan tips jitu dari psikolog Shafira Fawzia untuk menghadapi burnout akibat lingkungan kerja yang toksik dan tak kenal waktu. 

Mari kita bedah satu per satu dengan gaya santai namun reflektif.

Salah satu akar dari burnout adalah mengejar definisi sukses yang bukan milik kita. 

Dunia kerja hari ini dipenuhi dengan standar kesuksesan yang ditentukan oleh lingkungan: promosi secepat kilat, harus punya gelar tambahan, atau jadi employee of the month yang kerja sampai tengah malam sambil bawa kerjaan ke rumah. 

Tapi apakah semua itu benar-benar mencerminkan nilai dan keinginan pribadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun