Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Bola

Imbang yang Bermakna: Sepak Bola, Harga Diri, dan Mimpi Indonesia di Kandang Jepang

9 Juni 2025   08:56 Diperbarui: 9 Juni 2025   08:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar via KOMPAS

Lantas, mengapa hasil imbang begitu penting bagi Indonesia?

Pertama, dari sisi klasemen, satu poin tambahan bisa menjadi penentu kelolosan Indonesia ke ronde ketiga kualifikasi, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih dalam sejarah sepak bola nasional. Bahkan, jika Indonesia lolos, maka otomatis kita akan tampil di Piala Asia 2027 tanpa harus melalui babak kualifikasi lagi---sebuah bonus yang sangat berarti.

Kedua, secara simbolik dan psikologis, hasil imbang di kandang tim sekelas Jepang akan membangun kepercayaan diri kolektif. Selama bertahun-tahun, Indonesia terlalu sering memulai pertandingan melawan tim-tim besar dengan mental inferior. Jika kali ini para pemain bisa menahan gempuran Jepang selama 90 menit dan tetap tegak berdiri, maka itu akan menjadi pesan kuat: kita tak lagi hanya datang untuk bertahan, tapi juga untuk bersaing.

Ketiga, dari sisi pembangunan jangka panjang, hasil ini bisa menjadi penarik perhatian lebih dari pihak sponsor, investor, dan bahkan pemerintah untuk terus mendukung transformasi sepak bola Indonesia. Bayangkan dampaknya jika timnas Indonesia bisa bermain di Piala Dunia atau setidaknya di babak akhir kualifikasi: bukan hanya keuntungan olahraga, tetapi juga keuntungan ekonomi dan reputasi bangsa.

Sosok pelatih Patrick Kluivert tak kalah penting dalam transformasi ini. Eks striker timnas Belanda itu bukan sekadar nama besar. Ia datang dengan filosofi sepak bola menyerang yang diimbangi dengan disiplin. Di bawah arahannya, Indonesia mulai berani memainkan bola dari kaki ke kaki, membangun serangan dari lini belakang, dan tidak lagi mengandalkan bola-bola panjang tanpa arah.

Kluivert juga punya pendekatan psikologis yang kuat. Ia berani membentuk tim tanpa beban senioritas semu. Pemain muda diberi ruang, tapi tetap diberi tanggung jawab. Hasilnya adalah skuad yang lebih dinamis dan responsif terhadap taktik lawan.

Meski belum genap satu tahun menangani timnas, Kluivert telah membangun fondasi baru: bukan hanya dalam hal taktik, tetapi juga budaya kerja, disiplin waktu, dan profesionalisme pemain. Semua itu sangat krusial jika Indonesia ingin bersaing di level yang lebih tinggi.

Salah satu elemen penting dalam perjalanan ini adalah dukungan publik. Selama babak kualifikasi, animo masyarakat terus meningkat. Stadion selalu penuh, lini masa media sosial ramai membahas pertandingan, dan bahkan generasi muda mulai kembali mengidolakan timnas. Ini pertanda baik bahwa sepak bola nasional mulai kembali mendapat tempat di hati masyarakat.

Namun, penting juga untuk menjaga harapan tetap realistis. Indonesia tidak akan tiba-tiba menjadi juara Asia atau lolos Piala Dunia hanya karena satu hasil imbang di Jepang. Tapi hasil ini bisa menjadi batu loncatan---semacam jendela optimisme yang membuka arah baru.

Lebih dari itu, keberhasilan ini harus dijaga dengan konsistensi. Federasi sepak bola harus memastikan bahwa transformasi ini tidak hanya berlangsung selama satu siklus pelatih atau satu periode prestasi. Harus ada sistem pembinaan berjenjang, penguatan liga domestik, dan pembinaan usia dini yang terintegrasi.

Di tengah hiruk-pikuk politik, ekonomi, dan masalah sosial lain, sepak bola sering kali menjadi ruang pelarian. Namun, lebih dari itu, ia bisa menjadi ruang konstruksi identitas. Saat timnas Indonesia bertanding dengan gagah berani di kandang Jepang, kita semua---dari Sabang hingga Merauke---merasa memiliki satu napas, satu semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun