Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menapaki Jejak Haji sebagai Jalan Nasionalisme dan Kepedulian Sosial: Pandangan Menteri Agama Nasaruddin Umar

4 Juni 2025   10:38 Diperbarui: 4 Juni 2025   10:38 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS/ADRYAN YOGA PARAMADWYA. Menteri Agama Nasaruddin Umar (kiri) berbicara dalam acara Gagas RI di dampingi VP Sustainability KG Media WisnuNugroho

Semua nilai itu bisa dan seharusnya dipraktikkan kembali dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam pandangan Menteri Nasaruddin, ibadah haji memiliki dimensi sosial yang sangat kuat. 

Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di satu tempat dengan kesamaan tujuan, pakaian, dan doa. 

Semua perbedaan status sosial, ekonomi, ras, dan kebangsaan ditanggalkan demi satu tujuan suci: mengabdi kepada Allah SWT.

"Kesetaraan dan persaudaraan yang tercipta selama haji adalah modal sosial yang luar biasa. Ini bisa kita bawa pulang dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah tantangan global dan domestik seperti kemiskinan, intoleransi, dan polarisasi, semangat ukhuwah yang lahir dari haji menjadi sangat relevan," katanya.

Beliau juga menyoroti pentingnya semangat berbagi yang ditanamkan selama haji, terutama melalui ibadah kurban. 

Menurutnya, semangat berbagi ini bisa menjadi solusi konkret terhadap masalah ketimpangan sosial di masyarakat. 

Bila umat Muslim yang telah berhaji mampu menginternalisasi semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka dampaknya akan sangat besar dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan berperikemanusiaan.

Menteri Nasaruddin tidak lupa menegaskan bahwa cinta Tanah Air merupakan bagian dari iman. 

Dalam konteks Indonesia, semangat keislaman tidak boleh bertentangan dengan semangat kebangsaan. Justru keduanya harus berjalan beriringan dan saling menguatkan.

"Haji membentuk pribadi yang disiplin, tangguh, dan punya orientasi akhirat. Namun di saat yang sama, pribadi tersebut juga harus menjadi warga negara yang baik, yang peduli terhadap kemajuan bangsanya. Nasionalisme bukan hanya tentang mencintai tanah kelahiran, tapi juga tentang kesediaan berkorban untuk kebaikan bersama," tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun