Seruan pertamanya, yang menekankan perdamaian, sinodalitas (berjalan bersama), dan penghormatan terhadap para pendahulunya, memberikan gambaran tentang kepemimpinannya. Â
Ini bukanlah seruan revolusioner yang melepaskan diri dari tradisi, melainkan sebuah pendekatan yang bijak dan menyeimbangkan. Â
Paus Leo XIV tampaknya ingin melanjutkan warisan Paus Fransiskus dalam merespon tantangan dunia modern, namun tanpa mengabaikan kekayaan tradisi Gereja yang telah berusia dua ribu tahun.
Sinodalitas, yang ditekankan dalam seruan pertamanya, menjanjikan sebuah kepemimpinan yang inklusif dan partisipatif. Â
Ini menandakan sebuah pergeseran dari model kepemimpinan yang terpusat, menuju model yang lebih demokratis dan responsif terhadap kebutuhan umat. Â
Hal ini sangat penting dalam konteks dunia yang semakin terpolarisasi dan membutuhkan pemimpin yang mampu menjembatani perbedaan.
Perdamaian dan keadilan sosial adalah dua sisi mata uang yang sama. Â
Tanpa perdamaian, keadilan sosial sulit dicapai; dan tanpa keadilan sosial, perdamaian akan tetap menjadi mimpi.
Pemilihan Paus Leo XIV menandai sebuah babak baru bagi Gereja Katolik. Â
Kepemimpinannya yang menekankan perdamaian, sinodalitas, dan penghormatan terhadap tradisi, memberikan harapan bagi masa depan yang lebih inklusif dan damai. Â
Apakah ia akan melanjutkan reformasi sosial pendahulunya? Â Waktu akan menjawabnya.Â