Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kapok Berinvestasi? Jangan Dulu!

4 Agustus 2020   13:33 Diperbarui: 4 Agustus 2020   13:33 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.moneycrashers.com

Kericuhan karena persoalan investasi kembali mencuat beberapa pekan terakhir. Kali ini, financial planner Jouska yang menjadi sorotan karena dianggap merugikan banyak investor.Kasus semacam itu sebenarnya sudah terjadi berulang. 

Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain, dan tidak hanya kelas wall street tetapi juga arisan rumahan. Mungkin sebagian dari Anda masih ingat kejadian amblasnya dana jutaan dollar milik investor karena pembelian produk derivatif (produk keuangan yang sangat rumit) yang terimbas kasus subrpime mortgage Amerika Serikat 2008. 

Lalu, penipuan canggih menggunakan skema Ponzhi oleh Bernard Madoff yang mengguncang wall street. Di negeri kita pernah ada kasus ruginya investor karena pembelian reksadana ilegal yang dikeluarkan Bank Mutiara (sekarang Bank Century). Masih banyak lagi kasus-kasus lain yang tidak saya tulis di sini.Jika dirunut kembali, ada berbagai hal yang mengakibatkan kerugian dalam berinvestasi.

Pertama, faktor eksternal. Hal tersebut diantaranya bisa muncul karena lingkungan yang sedang tidak kondusif. Paling sering adalah pengaruh kondisi politik dan ekonomi. Misalnya, potensi resesi ekonomi yang terjadi karena pandemi virus yang tidak terduga, perang dagang antara negara-negara pengendali ekonomi dunia, atau krisis moneter.

Kedua, aktivitas ilegal. Aktivitas semacam itu banyak macamnya. Diantaranya tidak berizinnya pengelola dana investor, penggelapan dana, penipuan, dll.

Ketiga, ketidakseimbangan informasi. Kejadian itu muncul ketika investor membeli produk investasi yang sebenarnya dia sendiri tidak paham. Ketidakpahaman disebabkan karena tidak transparannya informasi yang diberikan, sepertihalnya menggunakan bahasa yang susah dipahami atau kurangnya penjelasan dari penjual produk. 

Ketidakpahaman tersebut mencakup bentuk produk dan risikonya, misalnya, risiko kerugian. Umumnya, penjual produk hanya memberikan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Calon investor yang masih awam pun akhirnya terbawa rayuan itu.

Mengendalikan Risiko investasi

Meskipun investasi berisiko dan kerap menimbulkan permasalahan, bukan berarti kita harus menghindarinya. Risiko memang mustahil dihilangkan namun dapat diantisipasi atau dikurangi. Para investor mempunyai banyak strategi menghadapi risiko. Berikut beberapa hal mendasar untuk menghadapi risiko.

Pertama, pahami produknya. Anda perlu proaktif untuk mempelajari produk investasi yang ditawarkan. Proaktif diperlukan karena tidak selalu pihak yang menawarkan produk menjelaskan seluruh hal terkait produk yang ditawarkannya. 

Hal yang terpenting adalah memahami risiko yang ada pada produk investasi itu, tidak sekedar potensi keuntungannya. Sarana pembelajaran saat ini sudah banyak tinggal kemauan kita saja untuk belajar.

Kedua, jika akan menggunakan jasa pihak ketiga, seperti manajer investasi atau perusahaan/platform investasi, pastikan pihak ketiga tersebut telah mengantongi izin dari otoritas terkait, misalnya OJK. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui website otoritas tersebut. Otoritas keuangan bersama penegak hukum juga telah membentuk Satgas Waspada Investasi untuk mencegah dan mengatasi praktek investasi ilegal.

Ketiga, kenali risk apetite Anda. Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda-beda. Saat ini, sudah ada perusahaan jasa investasi yang meminta calon investornya untuk melakukan self assesment pengukuran risiko. Upaya itu dilakukan agar investor dapat memilih produk investasi sesuai kecenderungan menerima risiko. Misalnya, jika Anda akan berinvestasi di reksa dana, apabila risk appetite Anda tinggi maka tidak menjadi persoalan untuk membeli reksa dana saham yang nilainya paling fluktuatif. 

Adrenalin Anda dianggap sudah siap jika mengalami kerugian yang besar dalam waktu yang singkat. Namun, jika risk appetite rendah, berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap menjadi pilihan terbaik. Keuntungan yang tidak signifikan diimbangi juga dengan risiko kerugian yang lebih minim. Prinsip high risk high return tetap berlaku untuk sebagian besar investasi.

Ketidaktepatan pemilihan produk investasi dengan risk appetite dapat menyebabkan investor mudah stress saat hasil investasi tidak sesuai harapan. Ujungnya, kapok berinvestasi sehingga uang yang dimilikinya tidak produktif.

Keempat, atur persentase penghasilan dan investasi. Banyak financial planner menggunakan teori 30% penghasilan untuk investasi. Berapapun besarnya, Anda sendiri sebenarnya yang paling tahu. Yang terpenting adalah, kembali ke masalah risiko, jika investasi merugi, hal itu tidak terlalu mengganggu keuangan Anda secara keseluruhan.  

Kelima, sesuaikan produk investasi yang dipilih dengan usia Anda. Untuk usia muda, memilih investasi berisiko tinggi bukan menjadi persoalan besar dengan mempertimbangkan masa kerja untuk memperoleh penghasilan yang panjang, kesiapan emosional terhadap risikonya, dan tanggung jawab finansial yang belum terlalu banyak. Untuk para senior, akan lebih baik memilih produk dengan tingkat risiko yang lebih terukur. Surat berharga negara, sebagai contoh, dapat menjadi produk investasi pilihan utama.

Itulah sekelumit mengenai persiapan berinvestasi menurut pemahaman saya. Tentunya masih ada pandangan lain yang bisa jadi lebih tepat. Langkah selanjutnya adalah memilih produk investasi yang tepat sesuai kebutuhan Anda. Terakhir, investasi tidak selalu mendatangkan keuntungan atau sebaliknya. Yang terpenting adalah kita sudah melakukan perencanaan yang matang dan tingkat kehati-hatian yang memadahi.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun