Mohon tunggu...
Puisi

Rekah

31 Mei 2016   21:29 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:31 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rekah"][/caption]

REKAH

Biar lah Chandra yang menjadi saksi keperkasaan Ku malam ini untuk berani menatap gambarmu sebelum lelap sambil meratap nasib ke depan. "Apakah Kamu tambatanku ?" dan Surya memberi jawab segala pertanyaan yang Ku titip semilir esok pagi.

Sadar ada yang tak beres dengan hatiku yang mulai tidak karuan terganggu bayang sang pujaan. Aku memaksa memejamkan mata. Namun sepertinya malam enggan melahap letih seorang perjaka yang dilanda "asmara".

Ku carilah pena dan secarik kertas lalu Ku tuliskanlah syair barang sebait untuk menyiratkan soal hatiku tertarik pada sosok yang manis dipandang mata.

Rindu, ya Rindu namanya. Karena kata itu yang kudengar dari mulut kawannya memanggil.



REKAH

Aku Saladu dan Dia Rindu. Aku sedang berusaha, berusaha menggali siapa Rindu sebenarnya, namun kurang persenjataan.

Jumat yang ada di pikiranku adalah hari paling baik dari rentetan hari seminggu. Kiamat datang dan benar benar datang namun hanya menghampiriku. Kenapa tidak ? Petaka itu adalah ketika Aku jatuh cinta ! Jelas sudah, Aku jatuh cinta pada seseorang gadis. Angin semalam yang mengabarkan tadi pagi kalau Aku demam menggigil tanda awal cinta datang. Aku menikmatinya dan Aku siap menerima kenyataan meski akhirnya Dia perlahan pergi menjauhi karena tak mau Ku taksir.

Usaha memang belum dilancarkan secara maksimal, namun usaha paling menyiksa adalah ketika harusnya seorang perjaka bertemu pujaannya menatap dalam dan berpura-pura keadaannya baik-baik saja. Menutupi perasaannya agar terhindar dari peristiwa kaburnya Incara dari genggaman.

Jaman sekarang bukan lagi saatnya minder dengan diri sendiri. Namun Aku sadar banyak sekali kekurangan yang Aku miliki dan banyak sekali pesaing yang sama berusaha mengetuk pintu hatinya.
Aku punya cara tersendiri !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun