Lalu saat saya menyeberang kembali, bertemu warung susu segar. Di sana saya baca sebuah menu dengan nama agak aneh, telur lempar. Setelah saya tanya jawabannya ajaib, "Itu kuning telur dikasih madu, Pak. Mau coba?"Â
Dari urutan nama bahannya saya berpikir itu mah STMJ, alias susu madu telur jahe, yang kemudian susu dan jahenya dihilangkan. Tapi memang setelah nonton sendiri, pembuatannya agak berbeda.
Mungkin dari sinilah asal nama telur lempar. Kemudian setelah terpisah sempurna, telur dituangkan ke mangkuk kecil. Warnanya yang menggoda kemudian disiriami kilatan madu. Okelah, jauh lebih menggiurkan daripada STMJ.
Rasanya? Gurih-gurih manis. "Jangan dikunyah lama-lama Pak. Langsung ditelan saja," Saran penjualnya melihat muka saya mulai aneh saat telurnya agak lama di mulut saya.Â
Telur lempar memang unik. Madunya terasa manis segar. Mungkin akan lebih enak lagi kalau diberi sedikit perasan lemon untuk memperkuat rasa segarnya.
Selesai ke Alfamart membeli peralatan mandi, saya kembali ke Terminal Tirtonadi untuk numpang mandi di toiletnya. Ini kebiasaan saya karena kalau habis perjalanan jauh pasti terasa kotor, lengket, dan bau. Dan memang biasanya para musafir diperbolehkan numpang mandi.
Tapi saya bukan mau mencoba markobar karena di Jakarta pun bisa. Sambil melakukan mapping Google map seluruh warung tenda yang ada di sana, saya melongok makanannya apa saja, mencari-cari yang unik.
Seperti juga Lenggang Jakarta, soto betawi, sate taichan, soto, sop, bakmi, mendominasi dagangan di Kota Barat. Ada juga yang agak menarik seperti tahu tek-tek.Â
Namanya membuat penasaran dan memang warungnya juga ramai. Berbagai wangi masakan bercampur jadi satu, disemarakkan oleh penampilan Live Music. Mem