Mohon tunggu...
Magdalena27
Magdalena27 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana ISI Yogyakarta

Mahasiswa yang senang menulis segala hal yang menarik di sekitarnya dan dikaitkan dengan teori keilmuan yang memadai sesuai bidang artikel yang ditulisnya. Sangat menyukai dunia traveling dan kuliner juga siap merekomendasikan tempat-tempat baru untuk dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Dapur Kreativitas Solo Art Market sebagai Ekonomi Kreatif

21 Maret 2024   22:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   23:52 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi penulis

Oleh Agustina Magdalena

Saat berkunjung ke Solo, tepatnya di sepanjang selasar Ngarsopuro pada Minggu ke 1 dan ke 3 setiap bulannya, kita bisa mendapati sebuah event menarik yang kini semakin ramai dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara karena sudah menjadi salah satu destinasi di kota ini terutama bagi para penikmat seni yaitu Solo Art Market (SAM) yang dipelopori sejak 7 tahun lalu oleh seorang seniman senior yang aktif menggeluti kegiatan festival, Bapak Heru Prasetyo atau biasa dikenal dengan sebutan Heru Mataya. 

Di Solo Art Market ini bisa dijumpai 90 hingga 100 tenda seniman yang memamerkan karya seni mereka yang beragam jenisnya berupa kriya, seni rupa, fesyen bahkan pertunjukan seni seperti sulap dan musik. Heru selaku pelopor sekaligus pengelola SAM ini juga bertindak sebagai kurator karya-karya seniman yang akan bergabung setiap kali event ini berlangsung. 

Menurut beliau sendiri, seniman yang mendaftarkan karyanya setiap bulan bisa mencapai 300 orang namun setelah dikurasi secara ketat hanya sekitar 90 hingga 100 saja yang lolos. Syarat yang diajukan sebenarnya hanya komitmen dari seniman untuk mau secara langsung melakukan workshop seninya di lokasi agar pengunjung yang datang dapat melihat sang seniman mengerjakan proses penciptaan karya yang dihasilkannya dan tidak hanya berfokus pada memamerkan atau menjual produk seninya saja.

Jika melihat dari penjabaran Kemenparekraf, ada 17 sub sektor yang termasuk di dalam ekonomi kreatif yaitu: aplikasi, pengembangan permainan (game), arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fesyen, film, animasi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio (Rochiyardi, 2023). 

Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa kegiatan seni yang menghasilkan produk seperti kriya, fesyen, seni rupa bahkan seni pertunjukan yang ada di Solo Art Market dapat dimasukkan dalam golongan ekonomi kreatif dimana produk karya seni yang dihasilkan dan dapat dibeli atau dinikmati secara langsung oleh pengunjung yang datang memiliki nilai lebih berupa kreativitas sang seniman dan proses pembuatannya merujuk pada proses penciptaan karya seni yang memiliki nilai estetika tersendiri.

Menurut Suciu (Rochiyardi, 2023) ciri-ciri ekonomi kreatif meliputi: 1) bersumber dari kreativitas individu, 2) produknya dapat didistribusikan secara langsung dan tidak langsung, 3) mudah diganti atau diubah sesuai keinginan konsumen, 4) pengembangan ekonomi kreatif tidak ada batasannya, 5) dapat mengikuti tren dengan mudah, 6) kerjasama dengan berbagai pihak, 7) mendorong banyak ide kreatif yang muncul, dan 8) memiliki nilai budaya. 

Beberapa ciri yang sudah disampaikan Suciu tersebut terdapat dalam kegiatan di Solo Art Market (SAM) walaupun sebenarnya tujuan utama diadakannya SAM menurut sang inisiator, Heru Mataya adalah sebagai wadah para seniman yang tergabung untuk menunjukkan kreativitasnya dengan memindahkan dapur kerja mereka dalam bentuk workshop singkat kepada para pengunjung yang datang dan mempersilahkan pengunjung menikmati proses seniman menciptakan karya-karyanya, namun tidak bisa dipungkiri di dalam event ini juga tetap terdapat interaksi langsung antar seniman dengan pengunjung dalam hal menawarkan dan menjual produk hasil karyanya di sini yang disebut sebagai kegiatan ekonomi kreatif. 

Namun sebenarnya hal terpenting ingin disampaikan sang inisiator mengenai SAM kepada kita adalah esensi dari interaksi seniman dengan para pengunjung dalam memberikan edukasi dalam proses penciptaan karya seni yang dihasilkan hingga sampai ke tangan para pengunjung untuk dibawa pulang. 

Bahwa nilai nominal dari sebuah karya seni yang dihasilkan tidaklah penting jika tanpa apresiasi lebih dari pengunjung kepada para seniman di sana dalam melihat proses kreativitasnya. Sehingga sudah menjadi tugas bagi para seniman yang berkomitmen mengikuti event SAM ini untuk tidak hanya bertujuan mempromosikan atau menjual produk-produknya saja seperti kebanyakan UMKM yang ada, namun dapat benar-benar memindahkan dapur mereka ke SAM ini, kemudian mengedukasi para pengunjung bahkan mengajak pengunjung untuk ikut bersama-sama secara langsung menikmati proses pembuatan karya seni yang dipamerkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun