Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memori Wisata Kuliner di Jalur Puncak hingga Indahnya Potensi Alam Waduk Cirata

25 Agustus 2019   11:48 Diperbarui: 25 Agustus 2019   14:59 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Itu di persimpangan sana, naik saja bus putih", info dari Si Mamang. 

"Bus tiga perempat?" Tanya Saya berusaha meyakinkan. 

"Iya yang tiga perempat, bus pendek," jawabnya berusaha meyakinkan.

Bukan apa-apa sih, waktu di perjalanan menuju Cilacap, bus tiga perempat yang saya dapatkan adalah bus tua dan tidak ada AC. Walaupun saya tidak masalah juga naik bus tanpa AC, tapi jelas yang menggunakan AC lebih nyaman.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Namun begitu naik, kekhawatiran saya tidak terbukti. Bus yang saya naiki ternyata kursinya empuk dan nyaman dengan pendingin ruangan. 

Ongkosnya juga ringan, Rp 25-30 ribuan, tergantung bus jenis apa yang dinaiki. Memang ada sih pengamen naik, tapi itu rasanya itu sudah jadi tradisi kendaraan umum di jalur puncak dari dulu. 

Jadi saya nikmati saja sambil melempar pandangan keluar jendela sambil mendengarkannya. Indah sekali, perkebunan, beberapa ternak kambing yang melintas, dan jalanan kecil yang meliuk-liuk, nyaris tidak ada yang berubah dari jalur puncak selain hilangnya restoran dan kafe besar.

Lalu sayup-sayup suara gitarnya mengantar saya ke alam mimpi.

"Siap-siap, dikit lagi Cianjur, A", seru kondekturnya sambil mempersilakan kami turun untuk buang air di SPBU menjelang Cianjur. 

Pengaturan kandung kemih diperlukan karena bus hanya akan berhenti untuk mengisi bahan bakar, itupun tidak menunggu lama. Karena itulah saya menahan untuk tidak minum terlalu banyak sebelum naik bus. Kalau tidak, bisa berabe menahan pipis berjam-jam.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Saya diturunkan di perempatan Tugu Lampu Gentur. "Nanti lanjut saja naik angkot merah ke arah terminal, lanjut naik angkot lagi ke arah Sukaluyu," kata kondekturnya memberikan petunjuk. Namun karena lapar lagi, menjelang siang itu saya memesan kupat tahu di salah satu pojok tugu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun