Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memori Wisata Kuliner di Jalur Puncak hingga Indahnya Potensi Alam Waduk Cirata

25 Agustus 2019   11:48 Diperbarui: 25 Agustus 2019   14:59 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diharapkan dengan adanya waduk ini, air hujan dari Bogor akan tertahan sebelum membanjiri Jakarta, sehingga banjir di Jakarta berkurang hingga 30 persen. Setelah saya lihat posisinya di Google Map ternyata nantinya akan memotong jalur puncak dari Bogor ke Bandung.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kebanyakan bus saat ini lebih memilih jalur Jakarta lewat Tol Cikampek, berlanjut ke Cipularang. Akhirnya jalur puncak ke arah Bandung nyaris dilupakan orang, kecuali bagi yang ingin ke arah Cianjur atau Taman Safari.

Padahal jalur puncak ini dulu menjadi kenangan saya saat masih sekolah di SMA 3 Bandung, sebelum akhirnya kereta Parahyangan dan jalur bus Cikampek menjadi lebih populer karena relatif lebih bebas macet. 

Meskipun kini di kiri kanannya telah sepi karena tidak ada lagi kafe dan restoran, namun warung-warung kecil warga yang tersisa membangkitkan kenangan tersendiri.

Begitulah, setelah bermalam di salah satu kafe di Bogor, akhirnya saya memutuskan berkeliling dulu sebentar di Ciawi mencari-cari makanan unik yang bisa dijadikan bahan tulisan. Cukup Rp 4.000 dari Terminal Baranangsiang, Bogor, naik angkot hijau bertuliskan kode 03. 

Dan tepat di persilangan Jalan Raya Ciawi-Sukabumi dan jalur puncak, saya menemukan sebuah rumah makan kecil. Sebenarnya hanya rumah makan biasa, namun di pojoknya ada tulisan Bubur Rendang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"Ealah, apa pula ini, kok tega-teganya rendang dibikin bubur, apa enaknya?" Pikir saya. Maka sesuai kebiasaan, kalau ada makanan yang rada aneh sedikit, maka saya langsung pesan. 

"Sama es jeruk ya!" Si Teteh di dalam langsung menyanggupi dan terhidanglah hidangan itu di meja. Ternyata bubur rendang itu semacam bubur ayam yang potongan daging ayamnya diganti rendang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tapi tampaknya resepnya tidak sesederhana mengganti ayam dengan rendang. Karena setelah saya coba sesuap buburnya, rasanya lebih gurih, spicy, dan manis dibanding bubur ayam biasa. Ada semacam resep rahasia, agaknya, untuk membuat buburnya sendiri bisa menyatu rasa bubur berasnya dengan rendangnya

Harganya sendiri relatif tidak mahal. Dengan berbagai tambahan pesanan minum, kerupuk, kacang, dan pisang, saya hanya ditagih harga yang sangat ringan.

"Dua puluh enam ribu Rupiah", jawab Mamangnya setelah saya menyebutkan apa saja yang tadi saya habiskan. Lebih lanjut saya tanyakan bagaimana mencapai Cianjur melalui jalur puncak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun