Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Masjid Jokowi yang Menyesatkan di Sawang, Aceh

9 Juli 2018   07:56 Diperbarui: 9 Juli 2018   08:47 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bedanya, santan dimixer dengan pliek, menghasilkan adonan yang baunya luar biasa. Setelah bumbu-bumbu ditumis hingga harum layaknya gulai, barulah santan bercampur pliek tadi dimasukkan dan diaduk hingga matang. Karena di tengah desa ini tetap sinyal 4G bisa tertangkap kuat, maka teman-teman bisa menyaksikan proses memasaknya di sini LIVE streaming.

"Selain dibuat sayur atau ikan," terang Kak Epi, "Ada lagi cara untuk menikmati pliek."

"Apa itu?" tanya saya penasaran. "Nah cari di pasar Aceh Utara, salak Aceh namanya. Campur pliek sama garam dan cabe. Oleskan ke salak Aceh. Sedaap!"

Muka saya langsung menyeringit. Tentu saja karena seperti orang lain yang belum mengerti kuliner khas Aceh, akan mengira salak Aceh itu benar-benar salak. Padahal yang dimaksud adalah Buah Rumbia yang hanya ada di musim tertentu dan adanya hanya di hutan pedalaman. Buah ini bisa ditemui musiman di pasar di sekitar Bireun hingga Sigli. 

Entah apa enaknya bumbu kelapa busuk dipadukan sama salak, pikir saya waktu itu. Namun setelah tau buah rumbia itu rasanya seperti apa, saya bisa sedikit setuju pliek memang enak dipasangkan dengan Salak Aceh.

Jadi kulner Aceh bukan sekedar Mie Aceh lho ya. Untuk teman-teman tahu, mie Aceh sebenarnya malah banyak diproduksi mi keringnya di Deli Serdang, Sumatera Utara. Dan yang membawa kedai Mie Aceh ke luar provinsi justru banyak perantau Sumatera Utara dibanding Aceh.

Warga Aceh, walaupun juga berjiwa perantau seperti Minang dan Batak, namun kurang begitu telaten menyebarkan budaya kulinernya ke daerah lain. Karena itulah kita sulit sekali mencari resturan dan rumah makan khas Aceh. Ini kebalikan dengan orang Padang, misalnya yang malah sulit ditemukan restorannya di Sumatera Barat sendiri, lebih mudah kita temui di luar Sumatera Barat.

Di akhir ngobrol. Ibu-ibu tetangga sekitar, Kak Epi, serta pemilik rumah makan Takdir Ilahi berteriak histeris melihat kaos #JKWadalahkita dan minta juga. Tentu dengan keramahan luar biasa dan kesediaan mereka mencarikan bumbu pliek hingga ke dalam pasar, maka saya dengan senang hati memberikan.

Lalu bagaimana dengan Masjid Jokowi alias At Taqarub tadi? Setelah saya ikuti Google Map, ternyata mengarahkan saya terus ke pegunungan di selatan Desa Sawang. Jalannya mulai berbatu dan menyempit mirip jalan setapak. Sehingga akhirnya saya putuskan menyerah saja dan cari Masjid At Taqarub lain, karena tak mungkin seorang Presiden meresmikan masjid di tengah gunung terpencil seperti itu hahaha.

Petualangan mencari Masjid ini akan saya buatkan kisah terpisah. Sementara ini, nikmati gulai pliek dulu. Hmmm....

ps: Terima kasih mas Budi Arie Setiadiyang ikut support perjalanan ini dengan membantu support sebuah drone untuk dokumentasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun