Di penjuru Kuba pada waktu itu, berkumandang dengan gegap-gempita slogan "Setiap orang Kuba adalah guru, dan setiap rumah adalah sekolah". Dan rakyatnya menyambut dengan antusias.Â
Hasilnya sungguh menggembirakan, berdasar catatan PBB menyebutkan; 100% orang Kuba berusia 15-24 (laki-laki dan perempuan) sudah melek aksara. Dalam peringkat UNESCO, Kuba berada di urutan ke-10 dari 125 negara dalam hal melek huruf.
Keberhasilan Kuba memberantas buta aksara warganya menginspirasi negara-negara di Amerika Latin yang juga menghadapi permasalahan sama. Mereka adalah negara Venezuela dan Bolivia.
Pemimpin Venezuela, Presiden Chavez yang terpilih pada tahun 1998, meluncurkan program "Kampanye Aksara Bolivarian". Disusul tahun 2003, membuat program kampanye aksara luar biasa "Misi Robinson", yang pasang target mengajari sejuta rakyat membaca dan menulis dalam setahun.
Hasilnya, UNESCO pada tahun 2005 menyatakan Venezuela sudah bebas buta aksara.
Presiden terpilih negara Bolivia tahun 2006, Evo Morales juga melakukan hal yang sama untuk memberantas buta aksara. Negara ini membangun sedikitnya 80.000 pusat pelatihan membaca dan menulis di seluruh pelosok negeri. Hasilnya, pada tahun 2008, Bolivia berhasil terbebas dari buta aksara.Â
Akses Buku BacaanÂ
Ada sebuah kata mutiara yang tak asing bagi kita, yaitu "Buku adalah jendela dunia", artinya dengan membaca buku kita dapat mengetahui informasi apa saja yang ada di sekitar bahkan dunia.
Mengingat pentingnya membaca buku untuk memperluas wawasan, ada beberapa negara yang memberikan kemudahan warganya untuk mengakses buku bacaan. Finlandia, satu diantaranya. Pemerintahannya mendirikan hampir ribuan perpustakaan, baik umum maupun universitas. Maka tak heran jika negara ini terkenal dengan penduduknya yang gemar membaca buku.
Belanda juga tak mau ketinggalan soal penyediaan akses buku bacaan. Bayi-bayi di Belanda akan mendapatkan formulir anggota perpustakaan. Dan pemerintah tak lupa memberi seperangkat buku untuk bayi dan orang tuanya.
