Mohon tunggu...
Hardius Usman
Hardius Usman Mohon Tunggu... Dosen - Humanitarian Values Seeker in Traveling

Doktor Manajemen Pemasaran dari FEUI. Dosen di Politeknik Statistika STIS. Menulis 17 buku referensi dan 3 novel, serta ratusan tulisan ilmiah populer di koran. Menulis hasil penelitian di jurnal nasional maupun internasional bereputasi. Mempunyai hobby travelling ke berbagai tempat di dunia untuk mencari nilai-nilai kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tulisan Traveler adalah Penghibur dalam Kesusahan

7 Juni 2020   17:45 Diperbarui: 7 Juni 2020   17:40 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pendemi Covid-19 yang melanda berbagai penjuru dunia telah membuat sengsara banyak orang. Dunia seakan diselimuti kecemasan, rasa was-was dan ketakutan. 

Setiap hari terdengar kabar mengenai kedukaan keluarga yang kehilangan orang-orang yang dicintai, kesedihan para pekerja yang kehilangan mata pencaharian, dan kepedihan orang yang kesulitan untuk mencari sesuap nasi. 

Pada skala lebih ringan, terdengar juga berita kegundahan manusia yang harus menahan nalurinya untuk bersosialisasi, kegalauan manusia yang harus melawan keinginannya untuk melakukan berbagai aktivitas, dan keresahan manusia yang harus berjuang mengatasi kejenuhan di rumah. Dampak pandemi ini memang terasa melemahkan berbagai aspek kehidupan, baik secara individual maupun kolektif.

Pandemi ini bisa diakhiri dengan sebuah perjuangan bersama-sama. Kaki para traveler pasti sudah sangat amat 'gatal-gatal' untuk melangkah ke suatu tempat. Tapi apa daya, hari-hari ini hampir mustahil untuk bepergian, baik di dalam negeri apalagi ke luar negeri. 

Perjalanan dalam kota masih mungkin dilakukan, tetapi traveler pasti paham bahwa manusia yang paling bermafaat saat ini adalah manusia yang di rumah saja, kecuali memang ada tugas yang tidak dapat ditinggalkan. 

Traveler adalah pembawa kebaikan dan penyebar manfaat, sehingga tentu akan memilih di rumah saja. Selagi berada di rumah, mungkin traveler mempunyai waktu luang yang lebih banyak. Waktu ini dapat dimanfaatkan untuk memberi kesejukan bagi masyarakat, dengan melahirkan karya-karya tulis yang dipublikasi di berbagai media.


Apakah tepat, menulis kisah yang sarat dengan kesenangan di saat orang-orang sedang kesusahan? Jika kita bergembira di tengah tangisan orang lain tentu merupakan perbuatan yang buruk, tetapi menghibur orang yang berduka merupakan perbuatan yang baik. 

Jadi, perspektifnya yang harus dijaga, dan cara menyajikannya yang harus tepat. Tidak dapat dipungkiri bahwa traveling memang penuh dengan kesenangan, dan memang ditujukan untuk mencari kesenangan. Walau harus mendaki gunung bersalju, menjelajahi hutan belantara, atau mengarungi sungai berarus deras, diakhir perjuangan sebuah kesenangan menanti. 

Oleh karena traveler dipandang sebagai 'pencari kesenangan' semata, maka sebagian orang memandang 'miring' kegiatan ini, karena dianggap sebagai perilaku menghabur-hamburkan uang, sarana untuk pamer, dan terkadang dikatakan sebagai sebuah kesombongan. Kalau pandangan ini sudah melekat, maka tulisan para travel juga akan dinilai sama.

Salah satu penyebab kesalahan dalam menilai aktivitas seseorang atau sekelompok orang adalah ketidaktahuan yang memberi penilaian. Ahli ekonomi tidak akan mengetahui banyak nilai seni Patung Garuda Wisnu Kencana di Bali, dan seorang ahli biologi tidak akan tahu banyak nilai kemegahan Piramid di Mesir. 

Makanya traveler tidak perlu baper kalau ada orang yang berpandangan negatif terhadap kegiatan traveling, sebab kita tidak bisa menyumpal mulut semua orang. 

Sekalipun demikian, bukan berarti kita berlaku acuh tak acuh saja terhadap penilaian orang, sebab ada standar umum yang harus kita penuhi dalam berperilaku agar kita tidak dipandang negatif. 

Untuk itu traveler tetap perlu sering-sering melihat diri di cermin, lalu perbaikilah apa yang masih belum sempurna. Demikian pula dalam menulis, selain memperhatikan perspektif dan tehnik penyajian, standar kepatutan wajib dipenuhi oleh para traveler.

Dalam proses menggapai kesenangan sebagaimana tujuan traveling, semua traveler sesungguhnya mendapat berbagai pembelajaran yang sangat penting. 

Dalam setiap perjalanan traveler akan mendapat pengalaman dan pengetahuan yang mungkin tidak dimiliki semua orang, karena tidak tersedia di bangku sekolah. 

Bertambahnya pengalaman dan pengetahuan akan membuat traveler memiliki wawasan yang lebih luas, yang seharusnya membawa dampak positif terhadap sikap dan perilaku traveler sehari-hari, yang berguna bagi dirinya sendiri maupun kehidupan sosialnya.

Pengalaman dan pengetahuan diperkaya oleh penggalian makna. Traveler tidak hanya menyaksikan berbagai hal dalam perjalanan hanya sebagai benda atau peristiwa semata. 

Traveler tidak akan memandang gunung sekedar sebagai gunung, tetapi bisa sebagai kecantikan, anugerah, atau keteguhan. Travel tidak akan memandang  lukisan sekedar lukisan, tetapi mungkin dipandang sebagai kecerdasan, pemberontakan atau ketabahan. Kecerdasan traveler dalam menginterpretasikan berbagai hal yang dijumpainya selama perjalanan dapat memberikan nilai-nilai positif pada jiwa.

Jadi dapat dikatakan bahwa traveling adalah menuju kesenangan melalui perluasan wawasan berbasis pengetahuan dan pengalaman. Membagi pengalaman dan pengetahuan merupakan suatu tindakan yang positif. 

Apalagi traveler adalah orang yang terlatih menggali makna, sehingga traveler dapat menginterpretasikan perjalanan yang pernah dilalui sesuai dengan kebutuhan saat ini. 

Disamping itu, umumnya sebuah perjalanan dilakukan untuk menemukan keindahan. Pada saat seperti ini, tentu menebarkan keindahan merupakan perbuatan yang sangat baik.

 Pengorbanan traveler untuk meluangkan waktunya, guna merangkai kata demi kata, atau memilih foto dan video yang penuh keindahan, dan mempublikasikannya ke berbagai media tentu sangat dibutuhkan. 

Makna positif dan keindahan yang ditebarkan diharapkan dapat memperkuat mental, dan membuat pembaca bahagia, dengan harapan dapat memperkuat imun tubuh. 

Tersebarnya tulisan-tulisan yang positif, konstruktif, dan tanpa kepentingan, maka traveler telah menjadi duta penghibur di tengah rasa cemas, takut dan kekuatiran masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun