Mohon tunggu...
Silvi Kusnatul Lia Sahara
Silvi Kusnatul Lia Sahara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Mahasiswi Teknik Kelautan 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sumber Daya Manusia sebagai Kunci Laut Sehat Berkelanjutan

7 Desember 2021   16:28 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Pada dasarnya suara itu tak bisa dibelenggu. Pemberontakan jiwa dan naluri insan yang menginginkan kebangkitan dan kebebasan dalam berpendapat alangkah baiknya jika diabadikan dalam sebuah aksara. 

Meskipun sebagai pemuda sering dianggap kurang matang dalam mencintai Indonesia atau belum layak menghadapi persoalan dan isu-isu yang terjadi di Indonesia. Lantas, apakah orang dewasa sudah pasti mencintai Indonesia? Belum tentu. 

Seseorang dapat dikatakan mencintai apabila telah mengenali apa yang dicintainya. Rasa cinta Indonesia harus dibuktikan dengan seberapa kenal kita dengan Indonesia. Mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana, apa itu Indonesia?

Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari 16.506 pulau (BPS, 2019) dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yaitu sejauh 95.181 km (KKP, 2019). 

Berada di garis khatulistiwa dan juga terkenal sebagai segitiga terumbu karang, menjadikan wilayah Indonesia jantung global keanekaragaman hayati laut. 

Wilayah terumbu karangnya saja diprediksi seluas 39.500 km² yang mencakup 16 persen dari habitat karang di seluruh dunia (Burke dkk., 2012). Bahkan Indonesia mempunyai 13 spesies lamun dengan luas kurang lebih 30.00 km² dari seluruh wilayahnya (ADB, 2014). 

Selain itu juga menurut Giri, dkk. dalam CIFOR pada tahun 2011, dapat diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan mangrove terluas di dunia dengan luas hutan mangrove sekitar tiga juta hektare yang tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer pesisir Indonesia. Jumlah tersebut mewakili 23% dari keseluruhan ekosistem hutan mangrove dunia. 

Melihat Indonesia mendapatkan hadiah langka dari semesta berupa keanekaragaman hayati laut yang unik, apakah Indonesia sudah memilki kemampuan memanfaatkan laut secara efektif dan efisien untuk menciptakan kemakmuran ekonomi yang akan menguntungkan generasi saat ini dan generasi yang akan datang? 

Kenyataannya ibarat pungguk yang merindukan rembulan, sehingga ini menjadi tantangan kita dalam mengelola ekosistem laut dan pesisir untuk menciptakan laut dan pantai yang sehat. Sebelum membahas lebih jauh lagi. Sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa makna dari laut sehat. Laut yang sehat adalah laut yang terbebas dari ancaman dan rasa sakit.

Namun, faktanya kita juga telah mengetahui bahwa secara global, semua habitat dan biota menghadapi tingkat kemerosotan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena aktivitas manusia. Indonesia tidak terkecuali. Berbagai aktivitas manusia yang dapat mengancam ekosistem pesisir dan laut dapat diuraikan sebagai berikut.

  • Aktivitas penangkapan ikan secara ilegal, seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak dan racun, merusak habitat terumbu karang di dekat pantai dan biota terkait. Di lingkup industri (skala besar), penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap seperti pukat cincin, pukat hela dan jaring insang juga dapat merusak dan tidak berkelanjutan.
  • Aktivitas mempercepat laju spesies dan penangkapan ikan secara berlebihan, hal itu tentu sangat mengubah keseimbangan dari suatu ekosistem laut. Perlu kita ketahui pengambilan ekstensif spesies tertentu oleh nelayan dapat menyebabkan hubungan antara pemangsa dan mangsa menjadi tidak seimbang.
  • Aktivitas pembangunan pesisir yang dapat berupa infrastruktur untuk permukiman, bangunan untuk industri, fasilitas pariwisata, dan akuakultur memberikan dampak yang bersifat langsung (melalui hilangnya atau konversi habitat) dan tidak langsung (melalui polusi dan sedimentasi). Kegiatan-kegiatan seperti pengerukan, penimbunan tanah, dan penambangan dapat secara langsung mengubah lingkungan fisik melalui rusaknya habitat. Struktur atau bangunan yang dibangun di air tanpa perencanaan yang matang juga dapat berdampak pada wilayah pesisir maupun lingkungan laut yang bisa saja membahayakan karang dan padang lamun.
  • Aktivitas perdagangan biota laut secara ilegal melalui jaringan nasional dan internasional yang ekstensif, untuk dijadikan bahan baku untuk pakaian, kosmetik, makanan, tonik, dan obat-obatan, sungguh disayangkan. Penyu salah satu yang paling banyak di temui di perdagangan satwa liar ilegal, terutama diperdagangkan sebagai hiasan, termasuk penyu utuh yang diawetkan, cangkang penyu utuh yang dihaluskan, dan produk-produk yang berasal dari cangkang penyu. Bahkan hewan seperti lumba-lumba, hiu paus, dan duyung juga ditangkap dan diperdagangkan secara ilegal untuk sirkus.
  • Aktivitas yang menimbulkan polusi telah menjadi ancaman yang makin besar bagi habitat dan biota laut dalam beberapa dekade terakhir. Khususnya plastik, plastik adalah masalah besar untuk lingkungan pesisir dan laut. Seperti yang telah kita ketahui bersama Indonesia menjadi penghasil limbah plastik terbesar kedua di dunia. Di berbagai daerah, hanya sedikit atau tidak ada sama sekali sistem pengelolaan sampah kota, yang mengakibatkan tingginya tingkat polutan plastik yang memasuki lingkungan laut. Polutan ini sering tertelan oleh spesies laut yang menyebabkan penyakit dan kematian. Selain itu, ketika mikroplastik yang dihasilkan memasuki rantai makanan laut tentu akan menjadi tantangan yang terus-menerus bagi kesehatan biota laut sekaligus manusia yang menjadi konsumen biota laut. Hal lain yang memperburuk adalah adanya tantangan polusi limbah rumah tangga yang dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu, yang kemudian menyebabkan pertumbuhan fitoplankton berlebihan di dalam air dan menghasilkan racun yang dapat mencemari makanan laut dan menyebabkan kematian ikan. Pada skala yang lebih besar, perairan Indonesia rentan terhadap tumpahan minyak, tumpahan minyak dari kecelakaan kapal tanker menyebabkan polusi lingkungan pesisir dan laut dalam cakupan wilayah yang luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun