Mohon tunggu...
Riana Kanthi Hapsari
Riana Kanthi Hapsari Mohon Tunggu... Administrasi - Food Tech Alumni :)

Food Tech Alumni :) https://hapsaririana.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kamu Lebih Suka Minum Teh ala Inggris, China, atau Indonesia?

9 November 2021   19:02 Diperbarui: 10 November 2021   17:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teh. Foto: Content Pixie, unsplash. com

Berbicara mengenai budaya minum teh di dunia tentu tidak dapat terlepas dari dua negara pengonsumsi minuman teh terbesar, Inggris dan China.

Kira-kira apa ya perbedaan karakteristik dan cara minum teh di kedua negara tersebut?

Sejarah

Teh pertama kali dibudidayakan di China ratusan tahun silam. Teh kemudian tersebar hingga ke seluruh dunia karena disukai banyak orang. Bahkan di masa sekarang ini, minuman teh sama sekali tidak turun popularitasnya.

Penemuan teh sebagai minuman dikisahkan bermula di China dari Petani Suci yang dulu disebut sebagai dewa pertanian dan obat-obatan. Suatu hari ia keracunan sebanyak 72 kali ketika mengumpulkan dan mencicipi berbagai herbal dan tumbuhan di gunung. 

Kemudian di akhir perjalanan, ia menemukan suatu tanaman (teh) yang kemudian daunnya ia rebus dalam kendi dan meminum air rebusannya. Setelah meminumnya, racun-racun di tubuhnya menghilang. 

Sejak saat itulah teh dipercaya sebagai minuman berkhasiat dan populer di kalangan pelajar-pelajar terkemuka pada masa Dinasti Han. Kemudian di masa Dinasti Tang, budaya meminum teh yang lebih mengena lagi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk seni meminum teh, upacara-upacara dan filosofinya mulai dimunculkan dan semakin meluas. 

Pada masa Dinasti Tang ini kegiatan minum teh pun mulai digemari tidak hanya di kalangan terpelajar saja, namun juga di kalangan masyarakat lintas kelas sosial. Pada masa Dinasti Tang ini juga tanaman teh mulai dibudidayakan di 42 prefektur di China (Wang, 2011).

Melintas tanah China dan benua Asia yang luas ke barat, teh sampai ke negara Inggris sekitar abad 16.

"Literatur barat mengenai teh pertama kali muncul di catatan Giambattaista Ramusio dalam "Voyages and Travels" (Wang, 2011)

Pada catatan tersebut dikatakan teh merupakan minuman panas dengan kemampuan seperti obat. Detail tahun yang pasti dimana teh masuk ke tanah Inggris tidak ditemukan, namun catatan mengenai pembelian teh dari pedagang China oleh British East India Company (EIC) baru muncul pada sekitar tahun 1644, seabad kemudian.

Afternoon Tea, sebuah istilah yang selalu dirujuk sebagai salah satu upacara minum teh dari Inggris dikaitkan dengan Anna, Duchess dari Bedforf ke-7, pada awal tahun 1840-an. 

Budaya tradisional Inggris menyebutkan bahwa makan malam tidak akan disajikan sebelum pukul 8 atau 9 malam dan Anna sering merasa lapar terutama saat musim panas ketika makan malam bahkan disajikan pada waktu yang lebih malam lagi. 

Ia pun meminta untuk disajikan roti, kue, mentega, biskuit dan teh secara diam-diam ke ruang istirahatnya beberapa jam sebelum makan malam. 

Setelahnya, justru kegiatan mengemil sore hari ini menjadi populer terutama di kalangan keluarga kaya di Inggris karena harga teh saat itu yang mahal. Mereka (keluarga kaya dan bangsawan) akan saling mengundang dan menyajikan teh terbaik sebagai bagian dari "upacara Afternoon Tea".

Teh semakin dikenal di masyarakat umum Inggris ketika seorang pedagang, Thomas Garway, menawarkan berbagai jenis teh di kedai kopinya, baik dalam bentuk kering dan minuman. 

Garway menjualnya dengan mengklaim teh dapat menjaga kesehatan peminumnya hingga usia tua, baik untuk kesehatan mata, meringankan sakit perut, demam, skorbut, dan bengkak-bengkak kulit (Wang, 2011).

Pilih Yang Mana? 

Mungkin sebagian orang Indonesia akan sedikit bingung ketika menyaksikan film-film yang mengambil setting di Inggris, seperti film Harry Potter atau Sherlock Holmes, dimana ada adegan disajikan minuman teh.  

Teh yang datang untuk disajikan ternyata bukan teh berwarna merah kehitaman-encer dengan harum melati atau vanilin seperti di Indonesia, melainkan minuman yang terlihat sepeti kopi susu. Kental keruh dan berwarna cokelat tipis.

Ini karena budaya minum teh di Inggris. Di Inggris minum teh tidak hanya dengan menyeduh atau mengektraksi daun tehnya saja seperti di negara-negara Asia. Untuk teh sehari-hari, orang Inggris mendidihkan air dalam pemanas elektrik, kemudian air mendidih dituangkan ke dalam wadah berisi kantung teh hitam (jenisnya sama dengan teh hitam di Indonesia, dengan karakter kuat yang akan mempertahankan rasa dan aromanya bahkan ketika dicampur susu, gula, buah, atau rempah). Selanjutnya tunggu beberapa menit, kemudian kantung teh dibuang. Setelah itu, yang wajib adalah menambahkan susu segar (bukan krim), dan sedikit gula. Meminum teh seharusnya juga ditemani dengan biskuit atau kue (BlackTeaWorld, 2014).

Penambahan susu ini dapat dikatakan wajib bagi penikmat teh di Inggris. Dalam satu tanya jawab di website English First, Emma, seorang penikmat teh Inggris menjawab pertanyaan apakah penambahan susu itu suatu keharusan? 

Ya, secangkir teh tanpa susu itu seperti dataran Inggris tanpa teh itu sendiri, suatu yang absurd. Takaran susu yang ditambahkan itu sesuai selera masing-masing, namun biasanya dengan rasio 20 bagian susu berbanding 80 bagian teh.

Cara penyajian seperti ini mungkin di Indonesia lebih tepat disebut sebagai teh susu, namun di Inggris semua minuman teh merujuk pada cara penyajian tersebut.

Minuman teh di China dan negara-negara Asia Timur lainnya bisa dikatakan berbalik 180 derajat. Teh yang disajikan kebanyakan adalah teh hijau yang tidak melewati proses fermentasi sama sekali dengan penampakan yang encer dan berwarna bening, hijau kekuningan.

Semangat seni dan upacara teh adalah inti dari budaya minum teh di China. Kata seni merujuk pada teknik dan sisi artistik dari proses pembuatan, penyeduhan, dan pencicipan teh. Bahkan di beberapa literatur, proses penanaman, pemetikkan dan pemilihan teh dianggap juga sebagai kegiatan seni. 

Mulai dari pemilihan waktu pemetikan, jenis daun yang dipilih, bagian tangan yang memetik, dan gerakan memetik berpengaruh terhadap kualitas teh pada sajian akhir. Air yang digunakan juga merupakan hal yang esensial. Terutama untuk upacara-upacara minum teh, air mesti dibedakan dengan air minum biasa. Air dari pegunungan merupakan yang terbaik (termasuk embun), disusul air dari sungai. Sementara air dari sumur tidak disarankan.

Meminum teh disarankan dilakukan hanya dengan melibatkan sedikit orang, dilakukan di lingkungan yang elegan seperti kuil tua, paviliun kecil, atau kebun kecil pribadi dimana bisa dilakukan sambil menikmati keindahan bunga, ikan, salju atau gerimis. Intinya, kualitas teh, etiket peminum, dan keadaan lingkungan harus menyatu dalam satu harmoni yang indah (Wang, 2011).

Teh Hijau vs Teh Hitam

Berdasarkan karakterisktik bahannya, teh dapat digolongkan sebagai bahan penyegar, yakni bahan yang memberi efek penyegaran dan stimulasi untuk tubuh. Jenis-jenis teh sebenarnya digolongkan lebih didasarkan atas proses pengolahannya dibanding jenis tanamannya. Karena kebanyakan teh tetap dari satu jenis tanaman saja yakni Camelia sinensis.

Tanaman teh memiliki nama latin Camelia sinensis, kaya dengan kandungan senyawa polifenolik seperti katekin, epigalokatekin galat, tannin, theaflavins, dan flavonoid. Senyawa polifenolik yang mudah teroksidasi merupakan antioksidan yang baik yang dapat menangkal radikal bebas. Mengenai radikal bebas dan efeknya pada tubuh dapat dibaca di tulisan saya sebelumnya.

Senyawa polifenolik paling banyak ditemukan pada bagian pucuknya, epigalokatekin galat banyak ditemukan pada daun teh yang masih muda. Kafein dan flavonoid merupakan senyawa yang memberi kesan segar pada minuman teh. Selain itu kafein pada minuman dapat merangsang otak dan dapat mengusir kantuk sementara.

Dari kandungan antioksidannya, dapat dikatakan teh hijau lebih baik karena lebih banyak kandungan polifenolnya. Hal ini karena pada teh hitam, daun teh telah mengalami proses fermentasi sehingga banyak senyawa polifenolik yang sudah teroksidasi. Itulah sebabnya kebanyakan teh herbal yang dijual sebagai teh kesehatan kebanyakan merupakan teh hijau. 

Istilah fermentasi sendiri sebenarnya kurang begitu tepat karena yang sesungguhnya terjadi adalah reaksi oksidasi senyawa-senyawa fenolik ini oleh oksigen yang dibantu oleh enzim alami dalam tumbuhan teh tersebut.

Reaksi oksidasi enzimatis ini dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya (Kusnandar, 2010). Enzim yang berperan adalah polifenol oksidase.

Proses fermentasi teh di perusahaan atau industri teh sebenarnya lebih merujuk kepada proses aktivasi enzim ini yang meliputi steaming (penguapan), kemudian disusul refining (pemisahan kotoran).  Fermentasi dilakukan jika diinginkan produk teh hitam (full fermented tea) atau teh semi fermented seperti Oolong Tea. Sementara untuk teh hijau hanya light fermented atau tidak difermentasi sama sekali, dengan kata lain langsung diekstraksi.

Pada salah satu jenis teh, Oolong Tea, yang hanya melewati "proses fermentasi singkat" dilakukan dengan outdoor withering yakni penjemuran di bawah sinar matahari kemudian disusul indoor withering di suhu kamar selama 6-8 jam (TenRen Tea, 2019).

Dari sisi sensori, teh hitam lebih terasa kuat aroma dan rasanya. Sisarasa atau aftertaste lebih ke pahit dan asam, juga sensasi astringent. Rasa astringent berasal dari senyawa polifenolnya, pahit dari kafein, dan rasa seperti gosong/ sesuatu yang digoreng berasal dari senyawa pyrazine dan pirol. Sementara teh hijau biasanya ada tambahan rasa bunga yang sedikit manis dari senyawa L-Hexenol, dan rasa gurih/ brothy dari senyawa L-Threonin.

Di Indonesia sendiri, teh yang beredar di pasaran kebanyakan adalah teh hitam full fermentasi. Penampakannya yang kental hitam kemerahan sangat lekat dengan teh Indonesia, baik itu disajikan dengan menggunakan kantung (teh celup), diseduh langsung (teh tubruk), maupun teh olahan lainnya seperti minuman teh berperisa yang disajikan dingin.

Sama seperti di Inggris dan China, tradisi minum teh di Indonesia awalnya hanya dimiliki kalangan bangsawan, tapi kemudian sudah menjadi kebiasaan masyarakat luas.

Teh pertama kali dikenal di Indonesia pada 1686, yakni ketika warga kebangsaan Belanda, Dr. Andreas Cleyer, membawa tanaman tersebut ke Indonesia sebagai tanaman hias. Pada tahun 1782 pemerintah Belanda mulai membudidayakan tanaman teh utamanya di Pulau Jawa dengan mendatangkan biji-biji teh dari China. Semenjak itu, dimulailah kebiasaan untuk minum teh di negeri ini dengan berbagai nama seperti "Nyaneut" di Sunda, "Patehan" di Keraton Yogyakarta, "Nyahi" di Betawi.

Yang lumayan populer mungkin tradisi "Teh Poci" di daerah sekitar Cirebon, Slawi, Tegal, Brebes, Pemalang, dan sekitarnya. Budaya Teh Poci ini adalah minum teh menggunakan teh wangi melati yang diseduh di dalam poci bersamaan dengan gula batu sebagai pemanis, setelah itu teh dituang ke gelas-gelas kecil (Hanna dalam Bobo Grid, 2018).

Referensi

Kusnandar Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Dian Rakyat

Wang Ni. 2011. A Comparison of Chinese and British Tea Culture. Xi'an University School of Language, Literature and Law. Journal of Asian Culture and History Vol, 3 No.2

BlackTeaWorld. 2014. British Tea Culture. Oleh Andrea dan Randy.

Hanna Yomi, 2018. 4 Tradisi Minum Teh di Indonesia yang Dulu Hanya Dilakukan Bangsawan. Bobo Grid

Isabella. 2017. How to Tea: An introduction to British tea culture. English First Culture Section.

TenRen Tea. 2019. Fermentation of Teas. Ten Ren's Tea: #1 Tea Retailer & Manufacturer Worldwide.

Wikipedia  

*Tulisan ini juga dapat dibaca di blog pribadi saya blog pribadi saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun