"Rahasia perubahan adalah memfokuskan seluruh energimu, bukan untuk melawan yang lama, tetapi untuk membangun yang baru."Â
Maka, King Dedi memilih untuk meletakkan fondasi tatanan baru, bukan sekadar mengemis validasi dari sistem usang yang telah membusuk. Dalam falsafah Jawa pun tertulis,Â
"Rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi, mulat sarira hangrasa wani"---merasa ikut memiliki, wajib ikut menjaga, dan berani melakukan introspeksi.Â
Pemimpin sejati bukanlah yang selalu disukai oleh khalayak, melainkan yang rela disalahpahami demi mewujudkan kebaikan bagi semua. Satria pinandhita sinisihan wahyu---kesatria bijak yang dianugerahi wahyu akan tetap melangkah walau jalanannya dipenuhi duri dan batu.
Seperti tersirat dalam kalimat bijak yang jarang dikutip namun sarat makna:Â
"Orang bijak memikirkan langkahnya dengan seksama, sementara orang bodoh menyombongkan jalan yang sesat."Â
Kini, saatnya kita bertanya pada hati nurani, siapakah sebenarnya yang bijak dalam kancah perdebatan ini? Mereka yang mahir bersilat lidah dengan retorika kosong, ataukah sosok yang berani mengambil tindakan nyata meski harus berhadapan dengan badai kritik?
Di tengah dunia yang sibuk menghakimi dan mengutuk tanpa solusi, dibutuhkan kehadiran seorang visioner yang memiliki keteguhan hati untuk bertindak---seorang "pejuang gila" yang berani melawan arus demi kebenaran. Dan kali ini, "kegilaan" tersebut mewujud dalam sosok King Dedi Mulyadi---sang pembawa obor perubahan di tengah kegelapan conformitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI