Mohon tunggu...
Raihan Yuliadiputra
Raihan Yuliadiputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Be Nice to Everyone ; )

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengingat Kembali Novel Karya Penulis Tere Liye yang Berjudul "Pulang" | Review

14 Juni 2023   22:39 Diperbarui: 14 Juni 2023   22:41 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Bagi pencinta buku terutama novel, mungkin bagi kita semua tidak asing dengan salah satu seorang penulis novel yang bernama Darwis, atau biasa yang kita kenal sebagai Tere Liye. Tere Liye merupakan seorang penulis aktif berkebangsaan Indonesia yang terkenal dengan produktivitasnya dalam menciptakan karya sastra berupa buku novel.

Sebagai seorang penulis yang aktif dalam bidangnya, Tere Liye sudah menulis hingga 50 lebih buku dari tahun 2005 hingga 2022. Diantara dari 50 lebih buku tersebut ada salah satu buku yang pernah penulis baca dan menjadi salah satu buku favorit karya Tere Liye, yakni buku yang berjudul "Pulang". Dari penulisan ini penulis ingin mengingat kembali buku tersebut dalam berbentuk review singkat yang penulis paparkan dibawah ini.

"Pulang. Sebuah kisah tentang perjalanan pulang yang dilalui pertarungan demi pertarungan, kesedihan demi kesedihan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit." Sebuah kalimat yang sudah tidak asing di telinga bagi pembaca novel "Pulang" karya Tere Liye. Sebuah novel bergenre aksi yang bercerita dari seorang tokoh bernama Bujang, yang dijuluki sebagai si Babi Hutan, berusia 15 tahun, lahir dan dibesarkan di kampung pedalaman dari Provinsi Sumatra, dengan kedua orang tuanya. Sang bapak bernama Samad dan sang ibu bernama Midah.

Cerita dimulai ketika sang tokoh Bujang dalam usia 15 tahun yang kedatangan satu rombongan pemburu dari kota yang datang ke kampung pedalamannya untuk menangani permasalahan babi hutan yang meresahkan penduduk kampung setempat, dari rusaknya hasil pertanian dan perkebunan. Rombongan pemburu tersebut dipimpin oleh seorang bernama Tauke Made yang menjadi teman dari bapaknya Bujang.

Tokoh Bujang ketika kedatangan rombongan pemburu, ikut andil dalam kegiatan perburuan yang tanpa disadarinya mengakibatkan Bujang diambil oleh rombongan pemburu tersebut yang dibawa mereka ke kota dikarenakan sang bapak mempunyai sejarah kalam dengan rombongan pemburu. Dari situlah alur cerita dimulai sesungguhnya.

Saat di kota, Tauke Made selaku pemimpin rombongan pemburu mengangkat Bujang menjadi anak angkat dan bergabung dengan keluarga Tong yang merupakan pimpinan Tauke Made. Di kota, Bujang juga dapat menempuh jenjang pendidikan hingga menyentuh gelar S2. Selama itu pula Bujang mendapat pengalaman, ilmu dan merasakan hidup dengan keluarga baru yang mendapatkan hal-hal terindah bagi diri Bujang. Serta, Bujang tumbuh menjadi pribadi yang gagah, kuat, jenius dan tidak ada rasa takut sebagai seorang pemuda di bawah keluarga Tong. Akan tetapi, seperti cerita-cerita indah pada umunya, dibalik keindahan sebuah cerita yang ditempuh ada sebuah cerita didalamnya yang berupa kebalikan dari indah itu sendiri, yaitu berita buruk. Berita buruk yang didapat oleh Bujang, dia harus menerima kenyataan bahwa sang Ibu, di desa kelahirannya wafat dan juga ayahnya yang menyusul tidak lama.

Novel karya Tere Liye tersebut mengambil tema shadow economy sebagai konsep berkelanjutan cerita, dengan sang tokoh Bujang menjadi "problem solving" dengan kedudukan tinggi di kalangan keluarga Tong. Sebagai seorang penulis, Tere Liye mampu memberikan keberhasilan berupa kejutan setiap kejutan dalam konflik yang hadir dalam cerita dengan pengemasan plot yang menarik dalam penggunaannya. Mengenai plot cerita, Tere Liye dalam novel tersebut menggunakan alur maju mundur yang menceritakan masa lalu dengan bersamaan menceritakan masa sekarang berupa konflik dalam tema shadow economy.

Penggunaan plot maju mundur menurut pendapat penulis review ini. Sang penulis novel, Tere Liye tetap menjaga tempo cerita untuk bisa diseimbangkan dari cepat ke lambat sehingga tidak adanya kebingungan dari pembaca ketika membaca novel tersebut. Penggunaan genre aksi tidak serta merta penulis novel memberikan berupa pertarungan-pertarungan yang menyebabkan perpecahan dan tumpah darah, akan tetapi sang penulis novel dalam novel "Pulang" ini memberikan nilai berupa genre komedi sebagai nilai tambah.

Jangan lupakan pula di dalam novel "Pulang" sang penulis juga menambahkan berupa kutipan yang menurut pendapat review-an ini sangat-sangat menyentuh hati, terhanyut dalam kata-kata yang disampaikan, penuh arti, sejalan dengan alur dalam novel dan nyata.

"Ketahuilah, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalah siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran." (dikutip dari hal. 340)

"Inilah hidupku, dan aku tidak peduli apa pun penilaian kalian. Toh, aku hidup bukan untuk membahagiakan orang lain, apalagi menghabiskan waktu dengan komentar kalian." (dikutip dari hal. 1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun