Mohon tunggu...
Ragil WIrayudha
Ragil WIrayudha Mohon Tunggu... Freelancer - melihat, mencatat dan mengingat

Hidup hanya sekali namun sejarah akan mengingatmu selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Melati

29 Mei 2015   10:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14328720431715263468

Ia pun duduk, meletakkan hape monochrom lawas. Dipandangnya sawah, lengang sore, garis tak lurus diantara pematang yang lebar, tempat dimana ia selalu berlari dengan berbagai tujuan, memanggul senja dengan senyuman.

Here I am”, gumamnya sembari mengusap debu dan keringat di tepian wajah.Ini adalah tentang bagaimana akhirnya seseorang melepas apapun yang pernah ia pegang. Seperti manusia yang melepas segepok balon terbang ke angkasa, dengan hati yang sepenuhnya meyakini bahwa balon-balon itu tidak akan kembali, dan ia bahagia.

Kakinya tidak lagi berhasrat ke kota, apalagi ke ruangan bertembok kaca yang berjejal buku dan perbincangan kekinian, atau bangunan yang memanjakan kaki melalui tangga berjalan.

Anak-anak hutan, segala yang masih tersisa melekat di kepala, ia bawa ke pinggiran, di mana sunyi pada kenyataannya memiliki suara yang lebih keras dan penghilatan yang lebih tajam. Meski untuk itu, tidak ada lagi warna-warni balon yang ia jumpai.

Ia tak punya pandangan lain yang lebih jauh, kecuali merawat dan membesarkan peternakan kecilnya, sembari menanam apapun yang masih mungkin tumbuh.

Menetap di tepian sawah, atau entahlah, karena rezeki tak cuma bersarang di kota ataupun riuhnya nine to five metropolitan.

Sesekali menikmati, jika ada Melati dekat sumur yang bermekaran dihimpit bunga Kenanga. Tidak semua perihal di semesta ini mudah difahami. Berapa banyak manusia gagal berbahagia, karena ia banyak menuntut diri sendiri tentang dunia.

Melati, saat gugurpun serpihannya masih bisa dikenali, bahwa keharuman pernah menempat ada disini.

Beberapa manusia mencoba terus mengumpulkan perca-perca, untuk satu keutuhan bentuk yang begitu ingin dilihat secara sempurna, tetapi akhirnya kecewa. Dan itu wajar saja, karena keniscayaan para pemburu saat memeluk erat hasil tangkapannya, bisa jadi ia justru melepaskannya kembali, atau, menghabiskan umur bersamanya.

Selalu ada harapan, dengan segala daya yang tersisa. Lelaki dan Melati tidaklah jauh beda, sebab segala sesuatu baru tampak indah jika genap bersambung, itulah mengapa, untuk menikmati, Melati harus di-ronce, dengan benang yang halus oleh tangan yang terampil dan lembut. Dan lelaki yang baik tentu memiliki keduanya: lebih mudah jika Melati itu tak berjeda lama antara waktu mekar dan kuncupnya.

Namun, jangan dilupa, bahwa Melati berhak untuk tidak bergabung pada anyaman siapapun, karena Melati juga memiliki takdirnya sendiri.

Peternakan,

Jum'at 28 Mei 2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun