Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Benarnya, Terus Mau Apa?

9 April 2020   15:05 Diperbarui: 9 April 2020   15:07 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

(Kutipan dari: Sim Says)

Sebenarnya banyak kutipan-kutipan tanggapan yang belum sempat saya simpan. Nah dari kutipan-kutipan inilah berkembang jadi sekedar rentetan argumen untuk memenangkan "Piala Raja atau Ratu Ngeyel". Semakin dibantah, semakin panjang pertempuran argumen, celaka yang ketiga adalah kadang-kadang nggak mau saling mengalah. Jadi jangan heran kalau dalam waktu singkat bisa terjadi ratusan komentar di WAG tersebut, walaupun begitu ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari cara pandang dan argumen mereka. Tapi dengan catatan harus super sabar dalam membaca  komentar-komentar mereka.

Saking jengkelnya, si EJEPEH sampai mengeluarkan jurus pamungkas sebuah rangkaian kata-kata,"Terus kate lao po?". Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti, "Terus mau apa?".  Sebuah kalimat pamungkas untuk mengatasi kengenyelan para anggota WAG yang terkenal super cerewet ini. Sebetulnya saya juga ikut-ikutan jengkel akhirnya setiap kali ada pendapat yang kontroversial yang berujung pada adu argumen akhirnya saya jawab, "Onok benere.". Artinya, "Ada benarnya." jadi setiap ada yang berpendapat kadang saya selingi dengan kalimat itu.

Tanpa sadar saya pun mengamini pendapat masing-masing pihak yang berargumen tersebut.  Kebiasaan  baru ini malah membuat saya menjadi lebih rileks, ketika melakukan hal itu ketimbang dengan langsung memberikan penilaian salah atau tidaknya suatu pendapat. Setelah itu saya menyadari bahwa setiap orang memiliki cara pandang masing-masing berdasarkan keadaan sosial, ekonomi dan budaya mereka sekarang. 

Baru setelah melihat dan mengamati pendapat masing-masing anggota WAG, baru saya mengambil kesimpulan untuk menilai pendapat atau argumen mereka. Tentunya kesimpulan tidak akan saya ungkapkan di WAG tersebut, nanti kalau saya ungkapkan malah yang terjadi kecerewetan massal.

 "I disagree with you, but I will protect your right to disagree with me." 

--Voltaire --

Jadi saya bisa mengerti apa yang telah dikatakan oleh Voltaire, menjaga dan menghargai  orang lain yang tidak sependapat. Bukan berarti kita mengamini pendapat mereka dan menurutinya, tetapi mau menerima bahwa ke-tidak sependapat-an dalam hal argumen akan sering kita alami. Bila kita mau mendengarkan dahulu apa yang orang lain ungkapkan, niscaya kita akan lebih tenang dan tidak mudah tersinggung. Selain itu kita bisa membalas argumen mereka dengan elok tanpa dilandasi luapan emosi negatif. Paling banter ya.... "Ada benarnya, terus mau apa?"(hpx)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun