Apa itu? Konstelasi Sistemik (Systemic Constellations) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Bert Hellinger (1925-2019), seorang filsuf dan terapis asal Jerman, pada tahun 1990-an. Metode ini membantu memetakan dinamika tersembunyi dalam sebuah sistem (keluarga, organisasi, bahkan negara) yang memengaruhi perilaku anggotanya.
Digunakan di mana? Metode ini telah digunakan secara global dalam psikoterapi untuk menyembuhkan trauma keluarga, dan dalam konseling organisasi (organizational constellations) untuk memecahkan konflik, masalah kepemimpinan, dan dinamika tim yang tidak sehat.
Dalam konteks bangsa, Konstelasi Sistemik mengajarkan bahwa peristiwa traumatis di masa lalu yang belum terselesaikan dapat "terjalin" dalam sistem dan memicu pola berulang. Pengakuan dan penghormatan atas peristiwa dan korban masa lalu adalah langkah pertama menuju penyembuhan.
2. Drama Triangle (Segitiga Drama)
Apa itu? Segitiga Drama (Drama Triangle) adalah model psikologis yang diperkenalkan oleh Stephen Karpman, M.D. pada tahun 1968. Model ini menjelaskan tiga peran tidak sehat yang selalu muncul dalam konflik:
- Korban (The Victim): Pihak yang merasa tertindas, tidak berdaya, dan selalu disakiti. ("Kita selalu dirugikan!").
- Penindas (The Persecutor): Pihak yang dilihat sebagai penyebab masalah, bersikap otoriter dan menyalahkan. ("Mereka yang salah!").
- Penyelamat (The Rescuer): Pihak yang selalu ingin "menolong" sang Korban, namun seringkali justru membuat Korban semakin tidak berdaya dan tergantung. ("Biar saya yang atasi!").
Dalam konflik sosial, ketiga peran ini bisa dimainkan oleh siapa saja dan saling membutuhkan.Â
Siklus ini hanya menciptakan drama berulang tanpa solusi yang tuntas.
Beralih ke Empowerment Triangle (Segitiga Pemberdayaan): Jalan Keluar yang Konstruktif
Lalu, bagaimana cara keluar dari Segitiga Drama? Kita perlu secara sadar beralih ke peran yang lebih memberdayakan.Â
Konsep ini diperkenalkan oleh David Emerald dalam bukunya "The Power of TED (The Empowerment Dynamic)" pada tahun 2006.
Setiap peran dalam Drama Triangle memiliki padanan yang positif dalam Empowerment Triangle:
- Dari KORBAN menjadi PENCIPTA (Creator):
- Alih-alih pasrah, kita mengambil tanggung jawab untuk menciptakan masa depan yang kita inginkan. Kita bertanya, "Apa yang bisa saya lakukan untuk berkontribusi pada perubahan yang damai?"
- Dari PENINDAS menjadi PENANTANG (Challenger):
- Alih-alih menyalahkan, pihak yang berkuasa dapat memberikan umpan balik yang jujur dan konstruktif, mendorong pertumbuhan dengan rasa hormat, bukan kekerasan.
- Dari PENYELAMAT menjadi PELATIH (Coach):
- Alih-alih menciptakan ketergantungan, para pemimpin dan aktivis dapat memberdayakan masyarakat dengan bertanya, "Apa yang kira-kira solusi terbaik menurutmu?" sehingga masyarakat menemukan kekuatannya sendiri.