Pertanyaannya bukan lagi apakah demonstrasi itu baik atau buruk, tetapi bagaimana kita menjadi pemutus siklus ("cycle breakers") yang mampu mengubah pola ini menjadi sebuah transformasi bangsa yang benar-benar membawa kebaikan untuk semua?
Sebagai seorang psikolog yang fokus pada sistem organisasi dan coaching, saya ingin mengajak kita melihat dari kacamata yang berbeda: kacamata psikologi sistemik dan trauma kolektif.
Tulisan ini tidak berpihak pada politik praktis, tetapi berpihak pada kemanusiaan dan kesehatan psikologis bangsa kita.
Mengurai Duka Kolektif Bangsa
Setiap peristiwa tragis meninggalkan jejak yang tidak kasat mata, bukan hanya pada korban langsung, tetapi pada seluruh masyarakat yang menyaksikannya. Inilah yang disebut trauma kolektif ("collective trauma").Â
Gejalanya bisa kita rasakan bersama:
- Rasa Takut dan Tidak Pasti yang Menggumpal
- Kesedihan Mendalam atas Hilangnya Nyawa dan Rasa Aman
- Kemarahan yang Tertahan karena Merasa Tidak Didengar
Dari perspektif sistemik, kekacauan dengan pola yang berulang ini seringkali adalah jeritan dari sebuah sistem yang sedang tidak sehat.Â
Ia adalah manifestasi dari luka lama yang belum sembuh, pesan yang belum didengarkan, dan pembelajaran yang belum diambil dari sejarah.
Melihat Pola dengan Kacamata Systemic Constellations & Drama Triangle
Untuk memahami "siklus" ini, kita bisa menggunakan dua lensa yang mumpuni:
1. Systemic Constellations (Konstelasi Sistemik)