Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belanga Perajut Toleransi

31 Maret 2024   21:00 Diperbarui: 31 Maret 2024   21:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itulah perlunya wajan, belanga, dandang  yang dimiliki paguyuban/inventaris bersama. Dengan alat masak yang bisa dipinjam dan digunakan bersama, akan meminimalisir kecurigaan dan kekhawatiran atas halal haramnya makanan.

Jangan pikirkan catering ya. Di daerah, setiap hajatan biasanya dikerjakan bersama, dimasak bersama. Di sini juga sebagai ajang kumpul-kumpul dan mempererat persaudaraan. Sebagai acara bersama, dengan alat masak bersama, dimasak bersama, dimakan bersama.

Bagi ibu-ibu, dari hiruk pikuk memasak itulah akan tercipta kebersamaan dan kehangatan. Tak peduli dari etnis mana dan agama apa. Makan paling enak ya makan saat masak bersama itu. Suasananya cair.


Sumber : pribadi
Sumber : pribadi
Tak jarang, saat hari pasar (di sana pasar hanya 2x seminggu), mereka beli ikan, sagu dan sayur mayur untuk kemudian membuat kapurung. Kapurung adalah sup sagu kuah ikan dengan sayuran dan kacang. Dimasak dalam belanga besar, ditambah sambal terasi dan jeruk nipis. Aih enaknya. Tak peduli dari suku apa, agama apa, mereka kumpul makan bersama. Dan memang, biasanya tempat masak kapurung di rumah orang muslim.

Sebagai orang yang dibesarkan di tempat yang relatif homogen, saya baru mengetahui sedalam itu perhatian orang tentang alat masak. Dan ini benar, nyata adanya.

Bu Guru Orang Apa ?
"Orang Indonesia !"
"Bukan, maksudnya orang Jawa kah, Sunda kah ?"
Tampaknya jawaban saya sebagai orang Indonesia belum cukup memuaskan rasa ingin tahu.


Awalnya saya merasa aneh dengan pertanyaan yang diajukan murid-murid SD ini. Namun keanehan menghilang karena perkara identitas ini penting. Identitas merupakan sign and signifying others. Kamu sama denganku atau kamu lain denganku. Biar begitu, kita berkawan. Kita bekerja bersama-sama.  

Tidak ada maksud rasis, hanya ingin tahu saja. Maka sudah biasa kalau ada komentar, 'orang bugis, dik,' ' orang jawa, dik', 'orang mandar, dia,' dll. Mungkin karena sesama perantau, mereka perlu tahu identitas orang - orang di sekitarnya.  

Bicara tentang toleransi, guru atau pendidik punya peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai penghargaan atas keberbedaan.

Lihatlah kelas ini, dari wajah dan nama saja, guru akan tahu dari etnis mana dia berasal. Dari sikap, penampilan, dan perilaku, guru akan tahu bagaimana strata ekonomi keluarga muridnya berasal. Jikalau ada perilaku yang membuat kesal, jangan sampai dibawa ke arah etnisitas. Perlakukan anak didik sebagai anak-anak istimewa.

Maka saya mencoba melepaskan belenggu stereotip atas segala etnis (termasuk saya sendiri) dan menganggap mereka sebagai anak-anak, tanpa embel-embel etnis dan agama. Anak-anak itu tahu mereka dari etnis apa, dan teman mainnya dari etnis apa. Untungnya, mereka bersekolah, mereka main, ya main saja.  Meskipun itu semua akan kembali pada pendidikan dalam keluarga dan lingkungan di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun