Mohon tunggu...
Hanifati Alifa
Hanifati Alifa Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga

Gemar menulis | mengutarakan isi hati dan pikiran mengenai isu kekinian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transportasi Online vs Konvensional: Bukan Sekedar Pilihan, Namun Cermin Budaya

27 Agustus 2025   14:10 Diperbarui: 27 Agustus 2025   14:10 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke persoalan moda transportasi online, sebetulnya yang sedang terjadi ini saya rasa transformasi saja. Bisa jadi, persoalan mental dan manajemen sumberdaya saja yang terlihat canggih di sisi ojek online. Atribut-atribut berseragam, canggih karena menggunakan online, rapi, jelas, meyakinkan dan menjamin. Para drivernya pun bukan tulen driver, melainkan siang hari mereka bisa berprofesi apa, siang malamnya baru narik, dan beragam cerita-cerita lainnya (yang mungkin kalau saya cermat mengingat dan segera menulisnya ulang bisa menjadi bahasan blog tersendiri, hihi). Lalu, dititik pertemuan dan solusi manakah dapat terjadi saling menyesuaikan di antara pemain-pemain di kancah transportasi ini? agar tidak muncul kalimat "siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan?" siapa dibela dan siapa disingkirkan?

Kenapa kok terkesan tulisan ini tidak mengajukan solusi sama sekali ya? hahaha... karena, ini adalah opini subyektif berdasarkan refeleksi penulis terhadap fenomena yang dibaca Untuk menciptakan solusi tentu saja harus ada argumentasi kuat yang didukung dengan data-data. Lha wong ini hanya pengamatan sambil berlalu saja, dari everyday life. Data masih belum mencukupi sehingga jikalau ada solusi yang timbul di tulisan remah ini, seharusnya ada data yang membuktikan. Dan tentu itu membutuhkan indepth to grasp native point dari sisi keseluruhan baik penumpang (yang juga terdiferensisasi lagi), driver online offline, manajemen transportasi kedua belah pihak, dan stakeholder. Tapi setidaknya begini, di masa depan, harapan transportasi umum yang layak, aman dan nyaman bagi masyarakat tentu akan jadi dambaan, sehingga tingkat kemacetan dan resiko bisa diminimalisasi. Kendaran pribadi tidak saling mejeng dan berebut panggung jalanan. Nah, apakah mental untuk menggunakan barang secara fungsional dan bukan sebagai simbol material sudah siap? Oleh karena, remahan ini layaknya bawang goreng yang membuat piring anda sedikit ramai, tapi tidak begitu menambah gizi anda..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun