Jika ancaman habitat masih terus terjadi, pembalakan liar, ekspansi lahan, konflik manusia-satwa. Pengawasan dan penegakan hukum masih lemah di banyak wilayah. Maka upaya untuk melakukan in-situ juga akan terus mengalami gangguan.
Solusi Ex-Situ (Pelestarian di Luar Habitat Asli)
Bayangan yang mudah untuk memahaminya adalah seperti penangkaran, kebun binatang, atau pusat pembiakan.
Karena semua dilakukan dalam kontrol dan kendali kita termasuk dari gangguan alam dan manusia, maka proses ini dapat dilakukan secara ideal. Keuntungannya adalah proses pembiakan ex-situ bisa membantu meningkatkan peluang reproduksi. Pasangan jantan-betina bisa dipertemukan dengan mudah.
Dengan kontrol yang ketat, kita bahkan bisa melindungi genetik populasi. Program breeding bisa membantu menjaga keragaman genetik. Kita bisa memastikan untuk bisa melakukan pembiakan untuk jenis spesies tertentu secara lebih tepat dan terukur. Berbeda dengan di alam liar, bisa saja harimau berbeda genetiknya melakukan breeding. Sehingga menghasilkan keturunan yang bergenetik silang-tidak murni dari satu jenis spesies tertentu.
Dengan kemudahan bisa melakukan breeding secara terkontrol, kita bisa menyimpan cadangan "bibit" hariamu yang langka tersebut,s ehingga bisa membantu secabagai back-up jika cadangan populasi terjadi kepunahan liar.
Jika solusi ex-situ dipilih, terlepas dari faktor risikonya, solusi ini membutuhkan biaya tinggi dan memerlukan sumber daya besar, baik ketersediaan pakar, laboratorium yang khusus, dan berbagai prosedur pemeliharaan sebagai dukungan agar proses pembiakan berjalan lebih mudah.
Namun seperti dikemukakan para pakar, proses ex-situ dapat berakibat hilangnya perilaku alami spesies karena ketergantungan pada manusia yang meningkat.
Ketika kita memutuskan untuk melakun reintroduksi (pelepasan kembali ke alam), prosesnya juga akan lebih sulit karena mereka tidak siap menghadapi alam liar. Dan kekuatiran kita terbesar adalah, kualitas hidup hewan seringkali lebih rendah dibanding hidup di alam.
Apapun yang di proses secara "instant" dan tidak alami sering berisiko memiliki sisi lemah dibandingkan dengan pembiakan yang alami, in-situ (Pelestarian di Habitat Asli).
Jadi Mana yang Lebih Efektif Sebagai Solusi?
Merujuk pada banyak kajian ilmiah dan pengalaman di lapangan, solusi In-Situ dianggap lebih efektif dalam jangka panjang untuk konservasi harimau sumatera. Mengapa.?
Tentu saja solusi itu juga berkaitan dengan terjaganya keseimbangan ekosistem secara alami. Harimau bukan hanya spesies yang harus kita dilindungi, tetapi sebagai penjaga ekosistem hutan, keberadaannya juga menjadi penjaga struktur populasi hewan lain dan regenerasi hutan. Di poin ini, tidak bisa dicapai melalui solusi ex-situ.
Spesies hasil reintroduksi dari ex-situ sangat sulit dan berisiko ketika keluar dari penangkaran dan dilepasliarkan ke alam bebas. Risiko gagal bertahan ketika dilepas ke alam sangat besar karena kurangnya keterampilan berburu dan menghindari konflik.
Faktanya meskipun jumlahnya kecil, populasi liar yang stabil dan terlindungi secara genetik lebih kuat secara adaptif dibanding populasi hasil penangkaran.
Sebuah konservasi habitat adalah sebuah konservasi yang multispesies. Ketika kita menyelamatkan harimau dengan cara in-situ, bukan hanya menyelamatkan harimau, tapi juga menyelamatkan seluruh ekosistem hutan tropis Sumatera, termasuk spesies endemik lainnya.