Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Setiap Beribadah, Hati Terasa Kosong?

10 Januari 2024   12:38 Diperbarui: 10 Januari 2024   12:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Setiap Beribadah, Hati Terasa Kosong?

Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)

Seorang Muslim yang telah mengucapkan syahadat sebagai sumpah dirinya dihadapan Allah dan Rasul-Nya dituntut untuk beribadah kepada Allah karena hal tersebut merupakan tujuan ia diciptakan dan sebagai konsekuensi dari keimanannya kepada Allah baik secara uluhiyah maupun rububiyah. (Lihat: QS Adz Zariyat ayat 56). Oleh sebab itu agar setiap aktivitas bernilai ibadah, seorang Muslim wajib melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Namun sayangnya dalam proses ini banyak diantara manusia yang hatinya merasa kosong saat beribadah dan ibadah hanya sekedar menjadi rutinitas harian atau penggugur kewajiban. Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut? Bisakah ibadah yang kita lakukan menjadi lebih bermakna dan tidak sekedar rutinitas?

Ihsanul Amal

Ibadah atau amal sholih yang dilakukan manusia merupakan sebuah syarat untuk melaksanakan perintah Allah dan agar mendapatkan pahala yang besar di sisi-Nya. Namun untuk melaksanakan perintah-Nya dan mendapatkan pahala, seorang Muslim harus memahami terlebih dahulu syarat diterimanya amal perbuatan.

Suatu amal dikatakan ihsanul (terbaik) dan diterima oleh Allah jika amal tersebut memenuhi dua syarat. Pertama, niatnya benar karena Allah dan kedua, caranya benar sesuai yang dituntunkan oleh Nabi . Jika kedua syarat ini tidak dipenuhi salah satunya atau keduanya maka amal perbuatan ilakukan menjadi sia-sia dan tidak diterima Allah bahkan menjadi amal buruk. Contohnya seseorang yang memiliki niat yang benar namun caranya salah adalah ketika ia bersedekah namun menggunakan harta yang haram. Begitupun jika niatnya salah dan caranya benar maka dalam beramal muncul motif-motif tertentu seperti ingin dilihat atau dipuji (riya'), motif materi, dan sebagainya. Bahkan menjadi amal buruk jika niatnya salah dan caranya juga salah seperti perbuatan korupsi, pencurian dan perbuatan zalim lainnya.

Oleh sebab itu wajib bagi seorang Muslim untuk mengetahui syarat diterimanya amal ini agar setiap amal sholih yang dilakukan menjadi terbaik dan diterima oleh Allah sehingga ia semakin bersemangat untuk memperbanyak amal sholih dan selalu berhati-hati dalam beramal.

Allah Ta'ala berfirman "Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)". (TQS Al-An'am ayat 160)

Juga firman-Nya yang lain "Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (TQS Ali 'Imran ayat 148).

Agar Ibadah Tidak Sekedar Rutinitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun