Mohon tunggu...
muhammad nurul
muhammad nurul Mohon Tunggu... Guru - Penulis Baru

Instruktur di Balai Latihan Kerja Pasaman Barat - Senang bermain dengan kata, semoga apa yang diketik bisa membawa manfaat untuk sesama. Insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengapa Kaya di Indonesia Sering Terasa Jauh?

2 Maret 2024   13:17 Diperbarui: 2 Maret 2024   13:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri diolah via canva

Mengapa Kaya di Indonesia Sering Terasa Jauh?

Sebagai orang Indonesia, kita pasti pernah mendengar nasihat "hemat pangkal kaya." Namun, kenyataannya, mewujudkan hidup kaya raya terkadang terasa seperti mimpi yang sulit digapai. Mengapa demikian? Mari kita kupas beberapa faktor yang mungkin memengaruhi.

1. Gaji dan Pengeluaran: Ibarat Tali Sepatu yang Terlalu Pendek

Keadaan ekonomi secara nasional turut berperan. Gaji yang diterima masyarakat, khususnya di luar kota besar, terkadang tidak sebanding dengan biaya hidup. Ibarat tali sepatu yang terlalu pendek, mau diapakai berlari kencang pun rasanya sulit. Alhasil, tak jarang penghasilan habis terpakai untuk kebutuhan sehari-hari, menyisakan sedikit ruang untuk ditabung atau diinvestasikan.

2. Minimnya Literasi Keuangan: Bingung Membedakan Tabungan dan Investasi

Mengelola keuangan secara baik adalah kunci menuju hidup yang mapan. Sayangnya, literasi keuangan di Indonesia masih belum merata. Banyak yang belum familier dengan konsep dasar keuangan, seperti perbedaan antara menabung dan berinvestasi. Akibatnya, pengelolaan uang sebatas menyimpan di celengan atau tabungan biasa, padahal ada instrumen lain yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi.

3. Gaya Hidup Konsumtif: Jebolan "Keeping Up With The Joneses"

Gaya hidup konsumtif juga menjadi penghalang utama. Era media sosial terkadang membuat kita terjebak dalam budaya pamer, ingin tampil "wah" seperti orang lain. Pengeluaran membengkak untuk membeli barang-barang yang belum tentu dibutuhkan, apalagi jika sampai berhutang. Ingin terlihat kaya justru malah semakin membuat kita terpuruk.

4. Kurangnya Akses dan Infrastruktur Pendukung

Faktor eksternal seperti akses dan infrastruktur pendukung juga patut dipertimbangkan. Peluang usaha atau lapangan pekerjaan yang terbatas di daerah terpencil bisa jadi menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Minimnya infrastruktur seperti transportasi dan internet pun bisa mempersulit akses ke lembaga keuangan atau sumber belajar terkait pengelolaan keuangan.

5. Pola Pikir "Hidup Pas-pasan Saja"

Ini mungkin yang paling jarang dibahas, namun tak kalah penting. Pola pikir yang "pasrah" atau "hidup pas-pasan saja" bisa menjadi mental block. Memang benar bahwa hidup tak perlu muluk-muluk, tapi memiliki cita-cita dan keinginan untuk hidup lebih baik adalah motivasi yang kuat. Dengan pola pikir yang mau belajar, berani mengambil langkah, dan gigih berusaha, peluang untuk meraih kemapanan pun terbuka lebar.

Menjembatani Jalan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik

Meski penuh tantangan, menjadi mapan di Indonesia bukanlah hal yang mustahil. Dengan mengenali kendala yang ada dan memperkaya diri dengan ilmu pengelolaan keuangan, kita bisa mulai melangkah ke arah yang lebih baik. 

Mari terus tingkatkan literasi keuangan, bijak dalam berbelanja, dan jangan ragu mencari peluang-peluang yang bisa meningkatkan penghasilan. Ingat, kaya itu bukan sekadar banyak harta, tapi juga tentang kebebasan finansial dan ketenangan pikiran.

Ditulis di Pasaman Barat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun